Dirut Perum Percetakan Negara RI (Perum PNRI) Sigit Y Gunarto buka-bukaan nasib perusahaan yang kian memprihatinkan. BUMN percetakan yang sudah didirikan sejak zaman Belanda itu kerap kalah bersaingan dengan percetakan swasta dalam tender proyek.
Sigit menjelaskan perjalanan panjang PNRI yang didirikan pada tahun 1809. Waktu itu perusahaan menjadi penyedia percetakan pertama di Indonesia. Dari 1809 hingga 1942, namanya masih Lands Drukkerij dan fungsinya adalah sebagai alat penyebar berita tertulis dari pemerintah.
"Tahun 1942 diambilalih oleh Jepang bernama Gunseikanbu Inatsu Koja (GIK)," kata dia saat menjelaskan sejarah PNRI dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Senin (28/9/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akhirnya pada tahun 1945 pasca kemerdekaan Indonesia, namanya diubah menjadi Percetakan Republik Indonesia.
"Jadi waktu itu ada beberapa percetakan yang masih ada karena zaman itu memang teknologi percetakan sangat langka, jadi tidak banyak perusahaan percetakan. Perum PNRI hadir memang diciptakan oleh pemerintah waktu itu sebagai alat pemerintah," sebutnya.
Sejak saat itu pergantian nama terus berlanjut hingga akhirnya menjadi Perum Percetakan Negara Republik Indonesia alias PNRI.
"Sesuai dengan namanya Perum kami belum PT. Mungkin akan Perum seterusnya karena memang fungsinya adalah penugasan. Di awal-awal berdirinya, penugasan itu terkait dengan pencetakan dokumen-dokumen negara. Jadi hampir semua dokumen negara itu dicetak oleh PNRI," jelasnya.
Dia menjelaskan dunia percetakan sudah berkembang sedemikian rupa, dan teknologinya semakin canggih sehingga percetakan tidak lagi dikuasai lagi oleh perusahaan negara. Perusahaan swasta pun mulai ikut andil.
Berlanjut ke halaman berikutnya.