Ekonomi Indonesia dipastikan resesi di kuartal III-2020 dengan proyeksi pemerintah yakni minus 2,9% sampai minus 1%. Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menilai Indonesia harus bersyukur meski akan mengalami kontraksi ekonomi dua kuartal berturut-turut.
"Pada kuartal II-2020 Indonesia mencatat kontraksi ekonomi minus 5,32% secara yoy. Dan beberapa waktu lalu pemerintah mengatakan bahwa kontraksi ekonomi masih akan berlanjut di kuartal III-2020 ini yang menurut perkiraan pemerintah minus 2,9% hingga minus 1%. Namun demikian tidak berlebihan rasanya kalau kita bersyukur," kata Wimboh dalam rapat kerja (Raker) virtual dengan Komisi XI DPR RI, Kamis (1/10/2020).
Menurut Wimboh, kontraksi ekonomi Indonesia tak sedalam negara lainnya, karena perekonomian masih bergantung pada permintaan domestik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena perlambatan ekonomi Indonesia tidak sedalam yang terjadi di negara-negara lain. Ini semua karena memang struktur ekonomi kita sangat tergantung pada permintaan domestik," urainya.
Sementara, mayoritas perekonomian negara maju bergantung pada ekspor dan impor yang sangat tertekan selama pandemi virus Corona (COVID-19).
"Dan ini kalau kita lihat di advance economy, maupun di beberapa emerging market mayoritas struktur ekonominya tergantung pada perdagangan internasiona. Sehingga mereka kontraksinya lebih besar dibandingkan negara-negara yang lebih banyak ekonominya tergantung pada domestik," tutur Wimboh.
Dilihat dari sektor-sektor yang menyumbang cukup besar pada produk domestik bruto (PDB), salah satunya sektor riil menurutnya masih akan mengalami pertumbuhan negatif di kuartal III-2020 ini.
"Di triwulan III-2020 ini, indikator sektor riil memang masih dalam zona kontraksi meski masih menunjukkan sedikit tren pembalikkan yang relatif terbatas. Misalnya penjualan semen dan kendaraan bermotor. Ini sudah mulai sedikit ada greenshot untuk tumbuh," imbuh dia.
Namun, menurutnya beberapa indikator sudah mulai ada perbaikan, antaranya keyakinan konsumen untuk mendongkrak pertumbuhan konsumsi rumah tangga.
"Di samping itu keyakinan konsumen juga mulai ada perbaikan, meskipun masih dalam zona kontraksi. Jadi ini di ujung-ujung ada optimisme. Angka-angka ini leading indicator yang menunjukkan ada pertumbuhan," tutup Wimboh.
Baca juga: Sebenarnya RI Sudah Resesi Belum? |