Data perekonomian Indonesia di kuartal III-2020 diproyeksikan berada di zona negatif atau minus. Dengan begitu, Indonesia menjadi negara yang berpotensi masuk daftar negara yang resesi akibat pandemi Corona.
Kementerian Keuangan memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kisaran minus 2,9% sampai minus 1% atau berada di teritorial negatif.
Sementara realisasi kuartal II tahun ini, pertumbuhan ekonomi minus 5,32%. Resesi adalah kondisi di mana pertumbuhan ekonomi minus dua kuartal berturut-turut. Beberapa ekonom pun menilai Indonesia sulit keluar dari jurang resesi mengingat dampak COVID-19 di tanah air belum bisa ditangani sepenuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perhitungan pertumbuhan ekonomi Indonesia di Kuartal III tercatat dari bulan Juli-Agustus-September. Jika perekonomian Indonesia benar minus lagi di kuartal III, maka resesi sudah dimulai sejak Oktober tahun ini. Sebab, akhir dari kuartal III adalah bulan September.
Akan tetapi, kepastian ekonomi Indonesia resesi atau tidak masih menunggu pengumuman resmi dari Badan Pusat Statistik (BPS). Otoritas statistik nasional baru mengumumkan pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB) Indonesia di kuartal III-2020 pada tanggal 5 November tahun ini.
"Jadwalnya 5 November seperti biasa," kata Kepada BPS Suhariyanto saat dihubungi detikcom, Jakarta, Kamis (1/10/2020).
Baca juga: Peluang Usaha Bagi Pemula di Saat Resesi |
Sebelumnya, Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro mengatakan resesi di Indonesia tinggal menunggu pengumuman Badan Pusat Statistik (BPS). Mantan Menteri Keuangan menyebutkan saat ini intinya kondisi hari ini sedang mengalami disrupsi ekonomi dengan tingkat yang signifikan.
"Dengan potensi resesi intinya tinggal tunggu dari BPS mengenai kinerja ekonomi kuartal III," kata Bambang dalam diskusi virtual, Kemarin (24/9/2020).
Bambang mengungkapkan harus dilakukan beragam upaya agar bisa tahan di masa pandemi dan menyiapkan pondasi kuat untuk ekonomi usai pandemi. Dia mengungkapkan saat ini masyarakat diminta untuk menerima new normal atau adaptasi dengan kondisi normal yang baru.
Dia mengungkapkan apalagi saat ini Jawa Barat adalah wilayah nomor dua dengan kasus tertinggi. Kemudian tingkat kematian akibat COVID-19 ini masih tinggi dan belum melandai. Karena itu, Bambang mengajak seluruh masyarakat untuk mengikuti dan mematuhi protokol kesehatan saat melakukan kegiatan.
"Jangan back to the past, tapi back to the future. Agar survive di masa pandemi dan harus siap dengan kondisi yang berbeda di masa depan," ujarnya.
Baca juga: Sebenarnya RI Sudah Resesi Belum? |