Presiden Amerika Serikat Donald Trump dinyatakan positif Corona, beberapa waktu ke depan dirinya akan dikarantina sebagai upaya penyembuhan. Hal ini dinilai dapat mengganggu pembahasan stimulus pemulihan ekonomi yang sedang berjalan di AS.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyatakan kemungkinan pembahasan stimulus ini akan terdampak karena kegiatan pembahasan akan terganggu dengan absennya Trump.
Padahal menurutnya stimulus itu penting untuk membantu perekonomian masyarakat AS di tengah pandemi. Selain itu, stimulus ini juga bisa membuat pasar lebih tenang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini juga lagi pembahasan stimulus, mungkin menjadi terhambat sedikit. Penting juga adalah progress dari stimulus Amerika ini, kalau disetujui ini bisa membantu orang di sana dan membuat pasar bisa lebih tenang," kata Josua kepada detikcom, Jumat (2/10/2020).
Selain itu, Trump juga berpotensi kehilangan pendukung pada saat Pilpres. Berita Trump positif Corona dapat membuat rivalnya, Joe Biden, berada di atas angin.
Terlebih lagi Biden dinilai membawa kabar baik bagi ekonomi AS. Pendukungnya pun kebanyakan merupakan orang-orang bisnis.
"Kegiatan Pilpres akan terganggu mungkin perubahan dari sisi pendukung juga, ini bisa untungkan Joe Biden yang sisi ekonominya ngga nyari ribut terus. Kebanyakan kan dari sisi pasar sendiri inginkan Joe Biden," kata Josua.
"Karena kebijakannya nggak grasak-grusuk seperti Trump. Makanya ini bisa membuat mereka di atas angin," ujarnya.
Kembali ke stimulus, menurut ekonom Indef Tauhid Ahmad stimulus memang akan tertunda. Menurutnya, penundaan itu tergantung berapa lama waktu Trump untuk pulih.
"Itu pasti ada keputusan yang ditunda sampai situasi Trump membaik. Semua tergantung Trump-nya, kalau masih bisa memerintah dan melakukan tugas Presiden, bahkan sambil dikarantina menurut saya nggak akan masalah," kata Tauhid kepada detikcom.
Dia menilai semakin lama kondisi Trump memburuk, bisa saja perekonomian AS bergejolak. "Kalau situasi Trump memburuk, kemungkinan ekonominya akan bergejolak," katanya.
Hingga kini stimulus di Amerika Serikat masih dalam pembahasan yang cukup alot. DPR AS yang dikuasai Partai Demokrat mengusulkan stimulus fiskal senilai US$ 2,2 triliun. Sementara itu Gedung Putih hanya ingin stimulus sebesar US$ 1,5 triliun.