Jakarta -
Resesi ekonomi sudah terjadi di Indonesia, tepatnya mulai bulan Oktober 2020 ini. Bulan September lalu yang merupakan akhir dari kuartal III-2020 dipastikan mengalami kontraksi ekonomi, seperti yang sudah terjadi sebelumnya di kuartal II-2020 yakni minus 5,32%.
Kontraksi ekonomi di kuartal III-2020 yang jadi penentuan resesi ini juga sudah dipastikan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Ia menyatakan, proyeksi ekonomi pada kuartal III berada di kisaran minus 2,9% sampai minus 1%. Sementara, untuk seluruh tahun 2020 berada di kisaran minus 1,7% sampai minus 0,6%.
Tak hanya Sri Mulyani, Staf Khusus Menko Perekonomian Reza Yamora Siregar juga mengakui ekonomi RI di kuartal III-2020 masih di zona negatif. Namun, besaran kontraksinya diyakini lebih membaik dibandingkan kuartal sebelumnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi untuk kuartal III dan sampai akhir tahun kami melihat pertumbuhan ekonomi ini akan membaik. Ini yang penting. Kemungkinan ekonomi masih tumbuh negative year-on-year antara kuartal III-2020 dengan kuartal III-2019, tapi lebih baik dari pada di kuartal II-2020," terang Reza.
Oleh sebab itu, pemerintah menilai perekonomian Indonesia sudah melewati masa terburuknya di tahun 2020 ini, tepatnya di kuartal II-2020 (April-Juni) di mana kontraksinya mencapai minus 5,32%.
"Saya melihat 'trend' perbaikan ini penting. Karena ini berarti titik terlemah sudah kita lewati," ungkap Reza.
Selain itu, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu juga memastikan Indonesia sudah resesi. Bahkan dirinya menyebut resesi sudah terjadi sejak awal kuartal I-2020. Pasalnya, ekonomi dalam negeri sudah mengalami penurunan.
Hal itu dia ungkapkan melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia biasanya berada di level 5%. Namun, sejak kuartal I-2020 ekonomi Indonesia sudah merosot di angka 2,97%.Penurunan terus berlanjut ke kuartal II-2020 yang realisasinya minus 5,32%.
"Kalau resesi, ya tahun ini sudah," kata Febrio dalam video conference, Jakarta, Kamis (1/10/2020).
Akan tetapi, menurutnya kemerosotan ekonomi Indonesia ini tak sedalam negara-negara lain yang juga kena imbas pandemi Corona. Ia mengungkapkan, sekitar 92% negara di dunia ini mengalami resesi. Resesi di negara lain terjadi karena penurunan ekonominya hingga double digit.
"Lihat seluruh dunia, 92% resesi dan bahkan mayoritas dari dunia resesinya 10%, 15%. India malah minus 24%. Kita harus lihat perspektif juga," papar Febrio.
Adapun yang menjadi pertanyaan saat ini ialah kemampuan Indonesia untuk keluar dari jurang resesi. Namun, Peneliti Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet melihat Indonesia akan sulit keluar dari jurang resesi, karena data-data penunjangnya pun mengalami penurunan.
"Ya, memang dari beragam indikator sulit untuk tidak mengatakan bahwa ekonomi Indonesia akan lolos dari resesi," kata Yusuf saat dihubungi detikcom, Jakarta, Rabu (30/9/2020).
Proyeksi ekonomi Indonesia masuk resesi juga datang dari lembaga internasional, seperti World Bank (WB/Bank Dunia). Dalam proyeksi terbarunya, Bank Dunia menyebut ekonomi Indonesia pada 2020 bisa -1,6% sampai -2%.
Angka itu turun dibandingkan outlook Bank Dunia pada Juli yang memperkirakan ekonomi Indonesia masih bisa bertahan di nol persen. Ekonomi Indonesia diprediksi baru bisa kembali pulih pada 2021 dengan pertumbuhan 4,4% dan skenario buruk pertumbuhannya hanya mencapai 3%.