Akhirnya Resesi Juga, Terus Gimana Dong?

Akhirnya Resesi Juga, Terus Gimana Dong?

Aidil Akbar Madjid – Aidil Akbar Madjid & Partners - detikFinance
Sabtu, 03 Okt 2020 06:00 WIB
Poster
Ilustrasi/Foto: Edi Wahyono
Jakarta -

Akhirnya ibu Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan sinyal bahwa kemungkinan besar Indonesia akan masuk ke dalam resesi. Pada saat artikel ini diterbitkan kemungkinan besar pengumuman masa resesi sudah diumumkan atau sedang menunggu proses pengumuman. Banyak teman-teman media bertanya kepada saya, so what next? Gue mesti gimana dong?

Sebenarnya tidak mesti gimana-gimana sih, karena menurut opini saya pribadi Indonesia sendiri sebenarnya sudah mulai mengalami resesi sejak serangan COVID-19 terjadi di bulan Maret yang kemudian disusul dengan adanya Lockdown versi Indonesia atau dikenal dengan istilah PSBB.

Mengapa? Karena secara mendadak sendi perekonomian mati suri. Industri pariwisata yang menjadi salah satu penopang ekonomi mendadak berhenti. Toko dan mall serta tempat keramaian harus dihentikan karena takut terjadinya penyebaran virus secara massif. Yang berakibat berhentinya orang berbelanja.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di saat yang bersamaan, bisnis mulai berjatuhan dan tutup karena tidak kuat harus membayar biaya karyawan, operasional dan lain sebagainya sementara pemasukan tidak ada atau minim. Dari banyak orang yang saya temui dan ajak ngobrol, sebagian besar mengatakan bahwa usaha mereka mengalami drop antara 60% bahkan sampai dengan 90%.

PHK terjadi dimana-mana dan banyak bisnis yang berusaha bertahan dengan salah satu cara merumahkan karyawan secara sementara (tanpa digaji tentunya) atau dengan memotong gaji karyawannya. Akibatnya, daya beli turun dan masyarakat mulai kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup mereka.

ADVERTISEMENT

Yang paling tertekan disini adalah masyarakat kelas menengah ke bawah yang masih berusaha bertahan hidup. Dari sisi penghasilan dan asset mereka tidak masuk ke dalam kategori masyarakat yang menerima bantuan pemerintah, tapi pukulan ekonomi ini cukup membuat mereka harus turun kelas menjadi kelas bawah. Kredit dan hutang mulai macet dimana-mana.

Bantuan pemerintah hanya dirasakan oleh segelintir masyarakat pra-sejahtera dan itu pun tidak semua mendapatkannya. Pemerintah menghimbau masyarakat untuk terus berbelanja agar roda ekonomi tetap berputar, pertanyaannya mau beli pakai apa? Uang yang terbatas tidak untuk dihambur-hamburkan membeli barang yang tidak penting terlebih dahulu di luar kebutuhan pokok.

Jadi pengumuman resesi dari pemerintah ini hanya untuk mengonfirmasi keadaan yang memang turun dan dirasakan oleh masyarakat selama 6 bulan terakhir, sehingga seharusnya tidak ada surprise atau reaksi berlebihan.

Selain itu, sempat ada bocoran dokumen dari salah satu kementerian (beritanya silahkan dicek di Detik.com ya), dimana menurut analisa maka kurva W dari pandemic COVID-19 di Indonesia ini sendiri baru akan berakhir di akhir tahun 2021. Hal membuat kita harus siap dengan keuangan kita agar kondisi keuangan anda dan keluarga tidak morat-marit.

Apa Skenario yang terjadi usai resesi diumumkan? Langsung klik halaman selanjutnya

Kita harus lihat beberapa skenario yang mungkin saja bisa terjadi pasca pengumuman resmi resesi tersebut. Skenario terbaik adalah, masyarakat sudah terbiasa dengan kondisi ekonomi terjepit seperti saat ini, sehingga tidak akan ada reaksi significant atau berlebihan dari masyarakat terhadap pengumuman resmi resesi ini.

Bursa sendiri sudah terkoreksi pada saat pengumuman PSBB jilid 2 sekitar 2-3 minggu lalu dan pengumuman menteri Keuangan akan potensi resesi dan sekarang bursa sedang berusaha untuk pulih kembali, sehingga efek penurunan tidak terlalu terasa, bahkan bisa saja bursa malah justru anomali dan naik (di Indonesia bursa anomaly adalah suatu hal yang biasa).

Masyarakat tetap kembali kepada kehidupan mereka sehari-hari bahkan sebagian besar dari masyarakat ada yang bersemangat dan optimis Indonesia akan membaik sehingga masyarakat beramai-ramai membantu ekonomi dengan jalan mulai berbelanja lebih lagi. Lagian mereka bepiikir apa lagi yang bisa terjadi yang lebih buruk dari sekarang kan?

Skenario tengah sendiri adalah reaksi masyarakat mixed alias campuran antara mereka yang optimis dan pesimis. Bursa tetap akan bereaksi "kaget" selama 1-2 hari untuk kemudian berusaha bangkit lagi.

Masyarakat sendiri tetap berkegiatan seperti semula hanya banyak yang mulai merasakan himpitan ekonomi yang dahsyat, sehingga daya beli mereka turun sangat drastis. Akibatnya ekonomi masih tetap berjalan lambat belum ada recovery yang berarti dan belum ada sentiment positif yang bisa menggerakkan ekonomi dan masyarakat.

Kondisi ekonomi seperti ini menyebabkan kita harus senantiasa melakukan pengetatan pengeluaran keuangan. Bagi anda yang belum melakukan pencatatan pengeluaran harian ada baiknya mulai melakukannya mengingat anda butuh tau kemana saja uang anda dibelanjakan agar tidak menjadi boros di masa keuangan sedang sulit seperti saat ini.

Pencatatan bisa dilakukan dengan menggunakan manual atau aplikasi seperti Moneesa. Aplikasi Moneesa bisa diunduh disini http://bit.ly/moneesa-playstore selain mencatat keuangan harian anda juga bisa melakukan perhitungan kebutuhan asuransi gratis bisa diunduh disini http://bit.ly/bregaswaras-playstore.

Sementara bagi yang berminat belajar merencanakan keuangan secara Islami atau Syariah Financial Planning bisa lhooo ikutan kelas syariahnya, info ada disini http://bit.ly/IslamicFP.

Lalu bagaimana dengan skenario terburuknya dan apa saja yang harus kita persiapkan dengan keuangan kita? Kita akan bahas di artikel berikutnya.


Hide Ads