Harga jual tembakau rajangan asal Kabupaten Klaten anjlok mendekati puncak musim panen. Harga jual tembakau kering hanya Rp 30.000- Rp 35.000 per kilogram.
" Ini harga masih Rp 32.500 tembakau rajangan kering. Padahal tahun kemarin rajangan kering yang sekarang Rp 32.500 itu bisa Rp 50.000 per kilogram," kata ketua kelompok tani Ngudi Rukun Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Elik Harsono pada detikcom di lahan, Sabtu (3/10/2020) siang.
Menurut Elik, harga yang belum kunjung naik itu membuat petani khawatir. Pasalnya saat ini sudah masuk puncak masa petik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Padahal, saat ini sudah masuk masa puncak petik dan masa puncak pengeringan mungkin pertengahan bulan ini, tapi nyatanya harga tak membaik.
Anjloknya harga disebabkan banyak faktor. Salah satunya karena ada pandemi COVID-19.
"Bagusnya tanam tembakau itu di awal bulan Mei sampai awal bulan Juni. Tapi karena ada COVID ini baru tanam diawal bulan Juli sehingga terus mundur," jelas Elik.
Belum lagi, papar Elik, persoalan cuaca tahun lalu yang juga mundur hujannya. Dampaknya petani selain mundur juga ragu.
"Biasanya disini kan padi, padi baru tembakau pola tanamnya. Tapi karena musim mundur dan ada COVID petani jadi ragu tanam karena khawatir di tengah COVID nantinya laku atau tidak tembakau," sambung Elik.
Kondisi kekhawatiran musim dan pandemi itu, ujar Elik, membuat petani banyak yang mengurangi luasan lahan tanam. Rata- rata mengurangi luasan sampai 50 persen.
"Lahan dikurangi luasanya. Saya tahun lalu tanam lima hektare dan tahun ini hanya satu hektare dan ternyata harga tidak bagus di tengah pandemi sehingga kemungkinan kalau rugi sedikit," terang Elik.
Lebih lanjut Elik menuturkan, musim tahun ini juga menambah ruwet harga tembakau. Bulan September awal masih ada hujan sehingga mutu tembakau sulit naik gridnya.
" Tanggal 3 September saya ingat masih ada hujan sehingga kadar air daun tembakau masih tinggi. Ini menyebabkan kadar air masih tinggi sehingga masih ada warna coklat pada daun dan belum lagi pabrik menerapkan protokol COVID yang ketat sehingga tidak cepat membeli semua tembakau," pungkas Elik.
Langsung klik halaman selanjutnya