Morgan Stanley baru saja menyelesaikan kesepakatan baru senilai US$ 20 miliar atau setara Rp 294 triliun (kurs Rp 14.700/US$) setelah mengakuisisi dua perusahaan investasi. Perusahaan itu yakni Eaton Vance dengan nilai kesepakatan US$ 7 miliar dan E-Trade senilai US$ 13 miliar.
Dikutip dari CNBC, Jumat (9/10/2020) kesepakatan itu melengkapi peralihan Morgan Stanley yang tadinya perusahaan dengan dominasi pedagang dan bankir, kini menjadi manajemen keuangan. Peralihan itu telah dilakukan sejak 2009 ketika Morgan Stanley membeli Smith Barney dari Citigroup. Kesepakatan itu membuat Morgan Stanley mendapatkan ribuan penasihat keuangan.
Sekarang dengan perusahaan telah mendapatkan total kesepakatan senilai US$ 20 miliar, bank akan mendapatkan lebih banyak pendapatan. Perkiraan pendapatan itu akan lebih dari setengah pendapatan yang didapat perusahaan biasanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
CEO Morgan Stanley James Gorman mengatakan dengan kesepakatan itu, aset reksa dana yang akan dimiliki Morgan Stanley menjadi US$ 1,2 triliun dan mendorong bank menjadi penasihat keuangan terbesar di dunia. Dia juga akan memastikan banknya dapat stabil meski di tengah guncangan krisis pandemi COVID-19.
"Satu dekade yang lalu, bisnis manajemen aset dan manajemen kekayaan kami memiliki titik terang di dalamnya, tetapi tidak cukup besar, tidak cukup besar sehingga dapat memberikan stabilitas nyata bagi seluruh organisasi," ujar Gorman.
Gorman mengungkap ketika bank memasukkan dua akuisisi baru-baru ini, Morgan Stanley akan menghasilkan kekayaan US$ 26 miliar dan menjadikannya perusahaan terbesar di dunia. Secara keseluruhan perusahaan akan mengelola US$ 4,4 triliun aset klien.
Namun, Gorman berpendapat potensi Morgan Stanley belum terlihat oleh para investor. Dia mengakui perusahaannya masih kalah dengan saingannya Schwab yang memiliki penghasilan 20 kali lipat lebih banyak.
Gorman memperkirakan jika saham perusahaan diperdagangkan 14 atau 15 kali pendapatan saham akan dijual seharga US$ 100 lebih tinggi dari pada harga saat ini US$ 49.
Sementara itu, di saingan Morgan Stanley, Goldman Sachs, CEO David Solomon lebih banyak termakan oleh restrukturisasi bisnis yang sudah dimilikinya daripada membeli perusahaan baru. Bank baru-baru ini merombak kepala divisi manajemen aset dan konsumen serta manajemen kekayaannya.