Fenomena munculnya penonton bayaran bukanlah hal yang baru di Indonesia. Keberadaannya sering kita lihat hampir di semua stasiun televisi (TV) untuk meramaikan suatu acara.
Seiring banyaknya acara hiburan di TV, keberadaan penonton bayaran semakin dibutuhkan. Hal itu dimanfaatkan oleh segelintir orang untuk menjadikan penonton bayaran sebagai pekerjaan tetap.
Seperti Dimas Satrio (28), yang menjadikan penonton bayaran sebagai pekerjaan tetap sejak 2009. Dia lebih pilih menjadi penonton bayaran daripada pekerja kantoran karena merasa tidak perlu tenaga dan pikiran ekstra selama bekerja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dapat duit, udah gitu gampang cuma tepok-tepok (tangan) doang. Dibayarnya nggak pernah telat," kata Dimas saat berbincang dengan detikcom, Kamis (8/10/2020) lalu.
Terlebih lulusan SMK Perkantoran ini menilai pendapatannya menjadi penonton bayaran sama saja dengan UMR pegawai kantoran. Ditambah dirinya bisa bertemu artis-artis favorit selama bekerja.
"Sukanya awal-awal kerja begini ketemu artis orang awam tuh girang (senang) ketemu artis. 'Oh dia aslinya begini, ada yang ketemu oh dia ternyata sombong ya' gitu-gitu jadi kita tahu. Ditambah sebenarnya penonton bayaran itu gajinya sama saja kayak UMR, cuma dapatnya per hari. Kalau pekerja kan dapatnya per bulan, jadi sama saja. Udah gitu nggak banyak aturannya, nggak usah pakai seragam-seragaman," jelasnya.
Alasan yang sama juga disampaikan oleh penonton bayaran lainnya, Yulia Putri (35). Dia mau jadi penonton bayaran karena bisa mendapat uang dengan cara mudah. Hal itu dipilih sejak dirinya di PHK 2 tahun lalu sebagai pekerja di mal, sejak saat itulah dirinya fokus untuk menjadi penonton bayaran.
"Karena memang nggak ada kerjaan lain, ngisi waktu saja terus kerjanya happy nggak capek, nggak mikir, ketemu artis, dapat duit juga," ucapnya.
Dengan jadi penonton bayaran, ibu rumah tangga beranak 2 ini bisa membantu keuangan suaminya untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Namun sejak pandemi virus Corona (COVID-19) melanda, dunia seorang penonton bayaran seakan berubah 180 derajat.
Pasalnya, selama pandemi ini stasiun TV meniadakan para penonton bayaran untuk menghindari terjadinya kerumunan. Hampir 8 bulan sudah jasa penonton bayaran tidak terpakai. Mau tahu bagaimana nasib penonton bayaran selama pandemi? Simak dalam artikel detikcom yang tayang hari ini.
(zlf/zlf)