Beberapa negara kreditor G20 enggan untuk memperluas dan memperpanjang satu tahun lagi keringanan pembayaran utang kepada negara-negara termiskin di dunia. Sebelumnya keringanan itu diberikan karena pandemi virus Corona. Dengan begitu kemungkinan keringanan ini hanya berlaku 6 bulan.
Presiden Bank Dunia David Malpass mengungkapkan, bahwa negara kreditor G20 belum menyepakati tentang usulan dari Bank Dunia dan International Monetary Fund (IMF) untuk perpanjangan selama setahun inisiatif penangguhan layanan utang G20.
"Saya pikir mungkin ada kompromi yang mungkin perpanjangan selama enam bulan (dan) dapat diperpanjang tergantung pada keberlanjutan utang," kata Malpass usai melakukan pertemuan tahunan virtual Bank Dunia dan IMF, dilansir dari Reuters, Selasa (13/10/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para menteri keuangan dan gubernur bank sentral dari negara-negara ekonomi utama G20 dijadwalkan bertemu melalui konferensi video pada hari Rabu mendatang.
Seperti diketahui, pada Mei lalu G20 meluncurkan inisiatif yang memungkinkan negara-negara miskin menangguhkan pembayaran utang bilateral resmi kepada negara-negara kreditor G20 hingga akhir 2020. Menurut Malpass inisiatif itu telah membebaskan utang hingga US$ 5 miliar bagi negara miskin untuk melawan pandemi COVID-19.
Malpass dan Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva telah memperingatkan bahwa saat ini diperlukan jauh lebih banyak keringanan utang bagi negara-negara miskin dan berpenghasilan menengah, termasuk pengurangan pokok, untuk menghindari kehancuran ekonomi akibat pandemi.
Malpass mengatakan kedua institusi akan mengajukan rencana aksi bersama untuk mengurangi stok utang bagi negara-negara miskin dengan utang yang tidak berkelanjutan.
Namun dia mengatakan negara-negara pengutang terlalu 'menghormati' negara-negara kreditur dan perlu lebih tegas menuntut beban utang yang lebih kecil.
"Dialog itu belum sekuat yang saya anggap perlu untuk melanjutkan proses ini," ujarnya.
Sebuah studi utang Bank Dunia baru yang diterbitkan pada hari Senin menunjukkan bahwa di antara negara-negara yang memenuhi syarat untuk program keringanan utang G20, utang luar negerinya naik 9,5% pada 2019 menjadi US$ 744 miliar sebelum pandemi melanda.
Utang bilateral resmi negara-negara termiskin kepada negara-negara G20 mencapai US$ 178 miliar pada 2019, dengan 63% dari total utang ke China. Studi tersebut mengatakan porsi China dari utang ini mencapai 45% pada 2013.
Malpass mengatakan inisiatif penangguhan pembayaran utang telah meningkat lebih lambat dari yang diharapkan karena tidak semua kreditor berpartisipasi penuh, termasuk China.
Dia ingin melihat partisipasi China dalam inisiatif penangguhan pembayaran utang diperluas ke lebih banyak kreditor, menambahkan bahwa banyak dari mereka yang telah berpartisipasi hanya menangguhkan pembayaran pokok, tapi tidak dengan bunganya.
(das/eds)