Italia tercatat sebagai salah satu negara di Uni Eropa dengan catatan utang tertinggi di dunia. Namun, negara ini masih bisa mendapatkan utang secara gratis alias tanpa bunga. Kok bisa?
Untuk diketahui, baru-baru ini, tepatnya pada Selasa (13/10) kemarin, Italia mengeluarkan utang dalam bentuk obligasi. Menariknya, surat utang bertenor tiga tahun itu tidak menjanjikan kupon atau bunga sepeser pun kepada investor sampai obligasi tersebut jatuh tempo pada 2024 mendatang.
Dilansir CNN Indonesia hal ini menandai dukungan pemerintah dan investor, termasuk bank sentral Eropa, untuk memberikan pinjaman yang diperlukan agar Italia dapat membangun kembali perekonomiannya yang terimbas pandemi COVID-19. Namun, jauh sebelum adanya pandemi COVID-19, utang Italia juga sudah menumpuk.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menimbang hal itu, pejabat di Komisi Uni Eropa dan Pemerintahan Italia bahu membahu mengeluarkan dana untuk memompa ekonomi mereka dan meredam dampak krisis akibat corona. Dana itu diberikan kepada pekerja dan bisnis yang kekurangan uang.
Italia juga menerbitkan obligasi atau surat utang dengan tenor lebih panjang dan rekor imbal hasil terendah. Akibatnya, Fitch Ratings, lembaga pemeringkat internasional menurunkan peringkat utang Italia satu tingkat dari sebelumnya.
IMF memperkirakan ekonomi Italia akan terkontraksi 10,6% pada tahun ini dan utang Italia disebut melampaui 160% dari PDB pada 2020 atau naik 135% dari tahun sebelumnya.
Namun, kemampuan Italia meningkatkan utang secara gratis atau tanpa bunga menjadi sorotan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
"Kita semua masih ada di tengah pandemi global. Namun, Italia dapat mendanai dirinya sendiri secara gratis," ujar Kepala Strategi Suku Bunga Rabobank Richard McGuire.
Investor obligasi mau memberi pinjaman tanpa bunga atau imbal hasil karena optimis Bank Sentral Eropa bakal mengaktifkan kembali stimulusnya mungkin pada awal Desember 2020 nanti.
Italia juga mendapat manfaat dari rencana Uni Eropa untuk mentransfer sejumlah besar uang ke negara-negara yang paling terimbas pandemi sebagai bagian dari dana pemulihan pasca-pandemi β¬ 750 miliar (US$ 882 miliar).
Negara ini akan menerima sekitar β¬ 86,6 miliar ($ 101,7 miliar) dari dana tersebut, menurut kepala ekonom Berenberg, Holger Schmieding.
"Berkat prospek bahwa uang akan mengalir pada akhirnya, bahkan negara anggota (UE) yang kesulitan fiskal sekarang dapat meminjam dengan persyaratan yang sangat menguntungkan di pasar," katanya dalam sebuah catatan kepada klien pada hari Rabu (14/10).
(zlf/zlf)