Sejak 2015 raksasa e-commerce Amazon telah mengadakan acara Prime Day yang memberikan diskon gede-gedean untuk pelanggan barunya. Selama lima tahun terakhir acara itu telah membuat perubahan signifikan pada kebiasaan konsumen, mendorong penjualan, dan menumbuhkan kembali industri ritel.
Amazon dimiliki oleh Jeff Bezos yang juga orang terkaya dunia. Harta pria berkepala plontos itu menyentuh US$ 200 miliar atau setara dengan Rp 2.940 triliun (kurs Rp 14.700).
Dikutip dari CNBC, Kamis (15/10/2020) Prime Day tahun ini diadakan pada 13 hingga 14 Oktober kemarin. Menurut eMarket, Amazon akan mengantongi rekor penjualan tahun ini hingga US$ 9,91 miliar setara Rp 145,6 triliun (kurs Rp 14.700). Angka itu naik 43% dibandingkan tahun lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Acara yang diundur hingga Oktober tahun ini akibat pandemi COVID-19, telah menginspirasi pengecer lain termasuk Walmart, Target, Kohl's dan J.C. Penney. Setelah berjaya dengan melakukan acara diskon gede-gedean untuk pelanggan barunya, ada empat cara lainnya hingga akhirnya Amazon bisa mendorong dan mendukung industri ritel.
Setiap tahun, e-commerce terus berkembang dan penjualannya lebih besar dari penjualan ritel lainnya. Meski di tengah pandemi COVID-19 konsumen memilih berbelanja di e-commerce agar lebih aman.
eMarketer mengatakan penjualan Amazon bisa menyumbang 14,4% untuk penjualan ritel di AS tahun ini dan 19,2% di 2024. Amazon mencatat penjualan online diperkirakan mencapai US$ 794,50 miliar untuk 2020 angka itu naik 32,4% dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya naik 18%.
Seiring pertumbuhan penjualan online, ada pengorbanan yang dirasakan pengecer. Biaya pengiriman dan penanganan dapat menggerogoti keuntungan pengecer. Misalnya, penjualan bahan makanan cenderung memiliki keuntungan 2% hingga 4%. Namun, dengan berbelanja melalui e-commerce penjual akan menanggung beban biaya pengiriman dan pengemasan dan akan menurunkan penjualan hingga -15%.
Sepuluh e-commerce teratas diharapkan menyumbang 63,2% dari semua penjualan digital di AS tahun ini, naik dari 57,9% pada 2019. Amazon diperkirakan tumbuh hingga 39%, menempatkannya jauh di depan semua dalam daftar e-commerce. Walmart diperkirakan akan melewati eBay ke posisi kedua dengan 5,8% saham online. Macy's akan masuk dalam daftar 10 besar, menggantikan Kroger.
Karena belanja online menjadi lebih mudah, lebih murah dan lebih cepat daripada tahun-tahun sebelumnya, penjual di e-commerce harus memikirkan bagaimana nasib toko offlinenya. Pengecer disarankan mengurangi toko offlinenya dan lebih baik meningkatkan penjualan onlinenya. Tahun ini sekitar 8.007 penutupan toko telah diumumkan oleh pengecer, seperti J.C. Penney, Gap, Pier 1 Imports, Century 21 dan Bed Bath & Beyond.
Meski toko offline tutup, pengecer meningkatkan investasi di berbagai jenis real estat khusunya meningkatkan gudang penyimpanan dan pusat pemenuhan tempat karyawan mengemas dan mengirimkan pesanan online konsumen.
Saat penutupan toko meningkat, jumlah ruang gudang di AS telah meroket 9,4% sejak 2014. Peningkatan gudang penyimpanan dan pusat pengiriman dilakukan guna bisa mengirimkan barang sedekat mungkin dengan pelanggan. Terutama meningkatkan pengiriman hari itu sampai.
Mal yang mati sedang diubah menjadi pusat logistik yang luas, sebagai salah satu cara untuk menggunakan kembali ruang ritel kosong yang terletak di dekat kota. Mal di Memphis, Tennessee, toko Sam's Club yang tutup sekarang menjadi rumah bagi pusat pemenuhan e-niaga Sam's Club.
(ara/ara)