Merek fesyen asal China, Shein yang penjualannya berbasis online kini menjadi saingan berat mode fesyen ternama Zara dan H&M. Shein yang berbasis di Nanjing dan didirikan pada 2008 memiliki jurus jitu dalam mengembangkan bisnisnya.
Shein memanfaatkan influencer di Instagram dan TikTok dengan mensponsori mereka dan memberikan kode diskon yang bisa digunakan juga oleh pengikut influencer itu. Cara jitu ini digunakan Shein untuk mempengaruhi generasi media sosial khususnya gen Z.
Selain itu, menurut survei harga Societe Generale Shein merupakan merek yang menawarkan harga rendah namun memiliki ratusan desain baru per minggunya. Harga sebuah gaun Shein memiliki harga setengah dari gaun milik Zara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Membeli pakaian di Shein, Anda dapat menghemat uang, yang penting tetap bisa membeli pakaian dengan mode berubah begitu cepat," kata seorang siswa berusia 23 tahun asal Spanyol, Rebeca Rondon, dikutip dari CNN, Jumat (16/10/2020).
Pandemi COVID-19 telah meningkatkan penjualan merek fesyen online seperti Shein, Asos ASOS.L dari Inggris dan Zalando dari Jerman mengungguli Zara dan H&M.
September lalu, aplikasi Shein tercatat 10,3 juta unduhan secara global dari seluruh App Store dan Google Play. Sebagai perbandingan, aplikasi seluler H&M hanya memiliki 2,5 juta unduan dan Zara mendapatkan 2 juta.
Hingga saat ini, aplikasi Shein telah mencapai 229,4 juta unduhan, dibandingkan H&M 123,5 juta dan Zara 90,6 juta. Menurut platform analitik App Annie pada 27 September-3 Oktober Shein adalah aplikasi belanja yang paling banyak diunduh secara global di iPhone dan masuk 10 besar di Amerika Serikat, Brasil, Australia, Inggris dan Arab Saudi.
Hingga kini perusahaan itu belum mengonfirmasi terkait berapa besar penjualan selama pandemi COVID-19. Namun, menurut laporan pasar modal PitchBook Shein mendapat dukungan dari investor IDG Capital dan Sequoia Capital China.