Sex Toys di China Laku Rp 216 T saat Pandemi, Siapa yang Borong?

Sex Toys di China Laku Rp 216 T saat Pandemi, Siapa yang Borong?

Tim detikcom - detikFinance
Senin, 19 Okt 2020 17:30 WIB
Fashion portrait of young elegant woman in bed
Ilustrasi/Foto: iStock
Jakarta -

Selama pandemi COVID-19 di China permintaan mainan seks alias sex toys melonjak signifikan. Bahkan transaksi penjualan sex toys ini mencapai US$ 14,7 miliar atau setara dengan Rp 216 triliun dengan asumsi kurs Rp 14.740.

Berdasarkan perusahaan riset China iiMedia disebutkan mainan ini dibanderol dengan harga US$ 300 atau sekitar Rp 4,4 juta. Laporan itu juga menyebut permintaan paling banyak berasal dari pembeli wanita dan generasi milenial. Memang angka ini masih jauh jika dibandingkan dengan negara barat hingga Jepang.

Analis firma riset pasar Daxue Consulting, Steffi Noel mengungkapkan permintaan sex toys ini terjadi di rentang periode Januari-Juni. Menurut dia ini adalah lonjakan untuk jangka panjang sebanyak 70% pembeli tidak akan membeli yang baru.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Orang-orang yang membeli mainan seks selama pandemi kebanyakan adalah pembeli pertama kali," kata Noel dikutip dari AFP.

Daxue Consulting, China sekarang memproduksi 70% ekspor mainan seks global. Lonjakan pesanan datang dari Prancis, Italia, dan AS, dengan dominasi vibrator dan boneka seks.

ADVERTISEMENT

Raksasa e-commerce China, AliExpress mengungkap awal 2020 ekspor mainan seks China melonjak hingga 50% tahun-ke-tahun. Saat itu pabrik berlomba untuk memenuhi permintaan dunia selama orang terpaksa di rumah saat pandemi COVID-19.

"Kami mengekspor lebih dari 1.000 boneka seks per bulan. Kami telah mencapai kapasitas produksi penuh," kata manajer di Shengyi Adult Products Co.

AS, Jerman, dan Jepang adalah tujuan utama boneka yang harganya masing-masing lebih dari US$ 300. Sejauh ini memang pandemi COVID-19 telah memaksa orang di rumah. Tempat hiburan malam juga terpaksa ditutup untuk menekan penularan virus.

Menurut seorang blogger asal China Yi Heng saat ini cukup banyak wanita yang menggunakan mainan seks. Hal itu dia ketahui dari grup diskusi yang membahas mengenai mainan seks.

Padahal China terkenal dengan sikap konservatifnya terhadap seks. Negara itu tegas melarang pornografi, dan pihak berwenang akan menindak keras konten online vulgar.

Presiden China Xi Jinping telah mendorong dunia maya yang bersih dan adil. Pemerintah China telah berupaya untuk mempromosikan pernikahan dan nilai-nilai kekeluargaan sebagai cara untuk menghidupkan kembali tingkat kelahiran yang menurun. Tetapi tingkat perceraian di China mencapai rekor tertinggi lebih yakni mencapai 3,1 juta dalam sembilan bulan pertama tahun 2019.

Menurut salah satu konsumen dengan nama samaran Amy saat ini mainan seks bukan hal yang tabu. Dia berharap masyarakat China secara bertahap akan lebih menerima mainan seks dan penggunanya.

"Sekarang orang lebih terbuka, dan mereka tidak menganggap benda-benda ini sangat aneh," kata Amy.

(kil/eds)

Hide Ads