Erick Ngaku Malu Waktu ke Swiss, Kenapa Ya?

Erick Ngaku Malu Waktu ke Swiss, Kenapa Ya?

Danang Sugianto - detikFinance
Senin, 19 Okt 2020 14:47 WIB
Poster
Foto: Edi Wahyono
Jakarta -

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir beberapa hari yang lalu melakukan kunjungan ke Inggris dan Swiss. Erick pun mengaku malu setelah melakukan kunjungan tersebut.

Selain menghasilkan komitmen kerjasama dari perusahaan global dengan BUMN RI, Erick juga mendapatkan pelajaran yang membuatnya malu. Di Swiss dia melihat negara itu sangat minim sumber daya alam.

Namun negara itu bisa memiliki produk unggulan yang sangat dikenal dunia, seperti coklat dan jam tangan. Padahal sumber bahan baku coklat di Swiss menurutnya berasal dari Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mestinya kita harus malu dengan mereka. Seperti Swiss, dia nggak punya apa-apa, tapi coklatnya paling hebat. Padahal coklatnya dari Indonesia loh. Lalu jam tangan, ya sudahlah itu mah nggak usah diomongin lagi," tuturnya ucapnya dalam Festival Ide Bisnis detikcom yang disponsori PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI), Senin (19/10/2020).

Berdasarkan hal itu dia menaruh harapan besar kepada para pengusaha muda tanah air. Erick berharap para pengusaha muda bisa terbiasa inovasi dan adaptasi dengan perkembangan zaman.

ADVERTISEMENT

Erick mencontohkan di masa pandemi COVID-19 sebenarnya banyak peluang yang bisa digarap para pelaku UMKM, tapi syaratnya harus masuk ke digitalisasi. Lalu untuk produk sendiri, pelaku UMKM seharusnya bisa membaca kebutuhan masyarakat di masa pandemi yang berubah signifikan.

"Contoh dengan COVID-19 masyarakat akan berpikir ingin lebih sehat. Nah bukan tidak mungkin tumbuhnya peluang makanan vegan atau makanan sehat lainnya. Ini opportunity. Atau misalnya delivery system, yang tadinya rumah dan pasar ini mungkin sulit, nah perlu mungkin orang yang punya pembaharuan ini mengantar sampai ke rumah. Bahkan ada yang lebih ekstrim lagi, ada sharing dapur bersama. Ini point kolaboratif dan adaptasi. Jadi pertama digitalisasi itu mau tidak mau, adaptasi, kemudian kolaboratif," tutupnya.

(das/dna)

Hide Ads