Mengintip Kekuatan Ekonomi Turki dan Prancis yang Lagi Memanas

Mengintip Kekuatan Ekonomi Turki dan Prancis yang Lagi Memanas

Danang Sugianto - detikFinance
Kamis, 29 Okt 2020 06:59 WIB
Erdogan, Macron dan kontroversi kartun Nabi Muhammad: Turki serukan boikot produk Prancis
Foto: BBC World

Seruan Erdogan untuk boikot ini juga akan terjadi di negara muslim lain yang akan meminta konsumen dan toko untuk menolak barang dan merek asal Prancis. Beberapa supermarket di Qatar dan Kuwait dilaporkan telah menarik barang seperti yoghurt, dan botol air soda di toko mereka.

Kemudian Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) mendorong pemilik Carrefour di Timur Tengah untuk memberikan pernyataan jika toko dimiliki sepenuhnya oleh Majid Al Futtaim, sebuah perusahaan yang berbasis di UEA.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketegangan kedua negara ini membebani mata uang Turki, Lira yang anjlok hingga menyentuh 8 lira per dolar AS. Ini merupakan yang pertama kalinya terjadi pada Turki.

Lira anjlok dan mencapai rekor terendah 8,15 lira terhadap dolar AS. Hal itu disebabkan kekhawatiran investor atas ekonomi Turki di tengah pandemi COVID-19 dan ketegangan antara Turki dan Prancis.

ADVERTISEMENT

Menurut analis keadaan ekonomi Turki juga kian melemah saat ini, inflasi negara itu melonjak 11,7 % bulan lalu. Bahkan bank central Central Bank of the Republic of Turkey menolak kenaikan suku bunga utama Turki. Padahal kenaikan suku bunga dapat mengurangi inflasi dan mendorong investor untuk membeli Lira.

"Meningkatnya ketegangan geopolitik dengan AS dan UE adalah sumber baru tekanan yang melemahkan Lira," kata seorang pedagang valuta asing Turki yang dikutip oleh Reuters.

Dilansir BBC, analis Rabobank Piotr Matys mengatakan Turki juga khawatir jika kemenangan presiden AS didapatkan Joe Biden, Turki akan dihadapkan sanksi karena membeli sistem pertahanan anti pesawat Rusia.

Lira Turki telah kehilangan 26% nilainya tahun ini dan pihak berwenang Turki melaporkan telah menghabiskan sekitar US$ 134 miliar dalam 18 bulan terakhir untuk menopang mata uang tersebut.

Menjual miliaran dolar AS untuk mempertahankan lira telah menghabiskan cadangan devisa Turki. Perekonomian diperkirakan akan berkontraksi tajam tahun ini.


(das/ara)

Hide Ads