Momen cuti bersama kali ini menjadi berkah tersendiri bagi para pelaku hotel dan restoran. Terutama bagi para pelaku hotel dan restoran di daerah-daerah yang biasanya jadi tempat tujuan wisata.
Menurut Wakil Ketua Umum Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) sekaligus Founder De Solo Boutique Hotel and Restaurant, Sudrajat untuk daerah-daerah wisata itu peningkatan okupansi bisa lebih dari 50%.
"Pasti ada peningkatan lah hotel dan restoran dengan liburan ini, tergantung daerahnya, kalau misalkan daerah-daerah yang dituju tetap (daerah wisata) misal ke Bandung, mungkin peningkatannya bisa tinggi banget bisa di atas 50% karena orang membludak dari Jakarta," ujar Sudrajat kepada detikcom, Kamis (29/10/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Apalagi puncak, di mana-mana sudah padat, tapi kan ya cuma dua tiga hari itu aja," sambungnya.
Namun, tetap saja tidak akan sepadat seperti sebelum pandemi. Meski begitu momen ini disambut positif bagi para pelaku hotel dan restoran, sebab menjadi harapan yang mampu menutupi kerugian yang selama ini diderita.
"Seantre-antrenya tidak seperti dulu-dulu lah, tapi ada peningkatan dan ini lumayan buat kita," tambahnya.
Hal serupa disampaikan oleh Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DKI Jakarta Krishandi.
"Kalau untuk Jakarta mungkin pengaruhnya tidak sebesar di luar Jakarta, ada juga sih yang ngungsi ke hotel (Jakarta) terutama ke hotel yang nempel dengan mal, tapi lebih terasa kepada hotel yang di luar Jakarta seperti di Bogor, Puncak, Bandung," katanya.
Untuk di Jakarta saja, ia meyakini okupansi ke hotel dan restoran selama cuti bersama ini bisa naik 30-40% apalagi di luar Jakarta.
"Pada waktu bulan Juli-Agustus pada saat dibuka masa transisi seperti sekarang ini, beberapa hotel besar yang nempel dengan mal itu sempat 30-40% tapi begitu PSBB lagi anjlok lagi, sekarang kalau bisa kembali kira-kira di angka segituan ya," imbuhnya.
(ara/ara)