Pemerintahan Presiden Donald Trump telah memberi tahu Kongres Amerika Serikat (AS) (terdiri dari DPR dan para Senator) tentang niatnya untuk menjual 50 jet tempur Lockheed Martin F-35 II ke Uni Emirat Arab (UEA). Mengutip CNBC, nilai penjualan 50 unit jet tempur tersebut diperkirakan mencapai US$ 10 miliar atau setara Rp 147 triliun (kurs 14.700/US$).
Informasi rencana penjualan 50 jet tempur ke UEA muncul kurang dari dua bulan setelah penandatanganan Abraham Accord, sebuah perjanjian yang membangun hubungan diplomatik antara Israel dan UEA. Perjanjian tersebut telah membuka banyak peluang dalam perdagangan, teknologi dan kerja sama keamanan.
UEA selama bertahun-tahun mengincar F-35, jet tempur paling canggih di pasar. Namun rintangan utamanya adalah Israel, yang secara hukum dijamin memiliki keunggulan militer kualitatif (QME) oleh Pemerintah AS, yang memastikan keunggulan teknologi atas tetangganya dan akses eksklusif ke beberapa senjata terbaik AS.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pihak Israel pun tak menentang rencana AS menjual F-35 ke UEA. Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz pekan lalu mengatakan Israel tidak akan menentang AS menjual sistem senjata tertentu kepada Emirat. Hal ini dimaknai sebagai sinyal kuat Israel mendukung AS menjual F-35 ke UEA.
Selain itu, penjualan jet tempur F-35 dinilai sebagai sikap kewaspadaan UEA terhadap Iran. Jika disetujui Kongres AS, penjualan itu akan membuat UEA menjadi negara kedua di kawasan yang mendapatkan pesawat tempur canggih.
"Bahwa Israel tidak keberatan menunjukkan bahwa perjanjian antara Israel dan UEA tidak hanya berdasarkan pada kepentingan bersama, tetapi juga pada kepercayaan. Potensi penjualan F-35 ke UEA menandakan betapa seriusnya Uni Emirat Arab menanggapi ancaman Iran, " ujar Michael Rubin, mantan pejabat Pentagon kepada CNBC.
"F-35 secara kualitatif berada di atas apa yang dimiliki Iran. Ini memberi Emirat kemampuan untuk membalas terhadap Iran," sambung Rubin
Hingga kini masih belum ada kesepakatan antara Pemerintah AS dan Kongres. Persetujuan kongres menjadi kunci utama, selain harus memastikan tidak ada masalah dari sisi keamanan teknologi yang dimiliki F-35.
Yang jelas, F-35 bukan sekadar jet tempur biasa. F-35 adalah program pengadaan Pentagon yang paling mahal hingga saat ini dan dianggap lebih maju dari apa pun yang ada di pasar.
F-35 dapat mengidentifikasi dan mencegah ancaman berkat teknologi siluman, kecepatan penerbangan supersonik, dan kemampuan pelacakan yang sulit terdeteksi.
"Hal yang menjadikannya benar-benar pengubah permainan yang nyata adalah kombinasi dari siluman itu dengan kemampuan untuk mengumpulkan sejumlah besar informasi melalui rangkaian sensornya," kata Justin Bronk, seorang spesialis kekuatan udara dan teknologi tempur di Royal United Services Institut di London, kepada CNBC.
(hns/hns)