Inggris Lockdown Lagi, Pengusaha Restoran hingga EO Teriak

Inggris Lockdown Lagi, Pengusaha Restoran hingga EO Teriak

Aulia Damayanti - detikFinance
Senin, 02 Nov 2020 12:27 WIB
Rebuilding, renovating, repairing, restoring the Houses of Parliament and Elizabeth Tower in London.
Ilustrasi/Foto: iStock
Jakarta -

Beberapa pemimpin bisnis mengecam lockdown kedua di Inggris yang akan berdampak besar pada sektor bisnis. Menurut salah satu pengusaha, Luke Johnson mengatakan negaranya tidak mampu melakukan lockdown lagi. Mengingat utang negara lebih dari 2 triliun poundsterling. Menurutnya pemerintah telah lalai untuk memperhitungkan kerugian dari lockdown.

Namun, pemerintah menyatakan keputusan yang diambil saat ini telah mencapai keseimbangan antara melindungi pekerjaan, ekonomi, dan menyelamatkan nyawa masyarakat.

Layanan ambulans London mengungkapkan bahwa mereka sekarang menghadapi rata-rata 37 kasus bunuh diri sehari, atau percobaan bunuh diri, naik dari 22 kasus pada 2019.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya pikir itu adalah konsekuensi langsung dari lockdown. Orang-orang kehilangan pekerjaan, mereka kesepian, depresi, gangguan kesehatan mental," kata Johnson, dikutip dari BBC, Senin (2/11/2020).

Frances Bishop pemilik perusahaan mainan anak-anak The Pud Store di South Yorkshire mengatakan pemerintah tidak melibatkan pelaku usaha untuk mempertimbangkan lockdown. Charlie Mullins, bos dari Pimlico Plumbers, mengatakan pemerintah perlu mendengarkan orang-orang di lapangan.

ADVERTISEMENT

Berbagai bisnis juga mengkhawatirkan Natal yang biasanya merupakan waktu terpenting dalam setahun untuk industri perhotelan, ritel, dan acara.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Kepala eksekutif High Street Group, Gary Forrest yang memiliki banyak bar, restoran, dan hotel di timur laut Inggris mengatakan dirinya sangat frustrasi karena bisnisnya harus tetap tutup. Padahal Forrest telah mengeluarkan banyak uang untuk melakukan perubahan dalam mentaati protokol kesehatan.

Forrest menginginkan lebih banyak dukungan untuk perusahaan khususnya sektor yang paling terdampak pada lockdown.

Kepala eksekutif Qube Events, Debbie Marks salah satu pengusaha event organizer (EO) pernikahan berskala besar, acara perusahaan, pesta pribadi, dan pesta mengatakan saat ini bisnis banyak membutuhkan bantuan pemerintah.

"Saya sangat terpukul dengan dukungan yang tidak diberikan pemerintah kepada industri kami. Kami telah diabaikan sama sekali, dan kami adalah industri bernilai miliaran pound," jelasnya.

Juru bicara pemerintah mengatakan pemerintah telah dibimbing oleh nasihat medis dan ilmiah, dan telah mengambil tindakan yang diperlukan untuk mencapai keseimbangan yang tepat antara melindungi pekerjaan, ekonomi dan menyelamatkan nyawa.

"Kami selalu jelas bahwa kami menjaga langkah-langkah ini di bawah peninjauan terus-menerus sehingga tidak harus dilakukan lebih lama dari yang diperlukan."


Hide Ads