Amerika Serikat (AS) telah resmi memberikan perpanjangan fasilitas perdagangan Generalized System of Preferences (GSP) kepada Indonesia. Fasilitas itu merupakan pembebasan tarif bea masuk terhadap produk yang diimpor dari Indonesia di AS.
Ternyata bukan perkara mudah untuk mendapatkan restu dari kebijakan yang diterapkan pemerintah AS sejak 1974 itu. Indonesia dan AS melakukan perundingan hingga 2,5 tahun sebelum fasilitas GSP diperpanjang. Duta Besar RI untuk AS, Muhammad Lutfi mengakui dibutuhkan proses negosiasi yang cukup lama sebelum mendapatkan GSP.
"Saya mengikuti sebagai Wakil Ketua Umum Kadin dari zamannya Pak Enggar sampai tutup sebagai Dubes terjadi banyak sekali permasalahan-permasalahan," ucapnya dalam konferensi pers virtual, Senin (2/11/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lutfi menjelaskan ada beberapa item produk impor dari AS ke Indonesia yang diskusinya berjalan alot. Ternyata Indonesia menurut Lutfi memang sengaja mempersulit masuknya produk AS, bahkan membuat negeri Paman Sam itu kesal.
"Item-nya itu kalau nggak salah ada 9 item yang bikin sakit kepala. Karena Amerika itu kalau boleh kasih contoh mereka kesal juga, Indonesia kita ini jago membuat permasalahan yang perlu dipermasalahkan, dan ini merupakan bagian dari pada perdagangan masa lalu," terangnya.
AS ternyata kesulitan untuk memasukan produk hortikulturanya ke Indonesia. Menurut Lutfi hal itu sengaja dilakukan oleh Indonesia untuk melindungi produk dalam negeri. Namun dia tidak menjelaskan secara rinci terkait kebijakan yang mempersulit produk AS di Indonesia
Simak Video "Video: Warga AS Diimbau Hindari Bepergian ke RI, Khususnya Dua Wilayah Ini"
[Gambas:Video 20detik]