Permintaan paket stimulus oleh parlemen Amerika Serikat (AS) membuat defisit anggaran terus membengkak. Padahal stimulus ini bertujuan untuk menekan dampak pandemi COVID-19 yang memang didapatkan dari penerbitan Treasury AS.
Analis Strategi Schroders Kristjan Mee mengungkapkan sebelumnya China merupakan negara terbesar yang memborong surat utang AS.
Namun kini China memangkas pembelian tersebut. Hal ini bisa menjadi masalah untuk AS di kemudian hari. "Sementara ekonomi AS bertahap sudah mulai pulih tapi biaya penanganan pandemi ini masih menumpuk," kata dia dikutip dari CNBC, Selasa (3/11/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
China memang mengurangi kepemilikan obligasi AS. Memang hubungan dagang antara AS dan China terus memburuk. Apalagi AS juga menyalahkan China dengan adanya pandemi ini.
Ahli Strategi dari Deustsche Bank Alan Ruskin mengungkapkan China memang ingin mengurangi ketergantungan pada greenback dan mendiversifikasi cadangan devisanya ke mata uang lain.
"China kemungkinan akan memindahkan cadangan devisanya ke aset non dolar AS," jelas dia.
Dia mengungkapkan defisit ini sudah mendekati angka US$ 3 triliun pada akhir Agustus. Mee menyebut jika paket stimulus kembali disetujui maka defisit bisa mendekati 20% dari PDB AS. Mengutip Reuters utang AS melonjak signifikan sejak akhir Perang Dunia Kedua.