Kesadaran pengusaha mensertifikasikan produknya menjadi ber-Standar Nasional Indonesia (SNI) masih rendah. Hal itu dikarenakan adanya pandangan bahwa pemberian produk ber-SNI hanya sebagai beban.
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), Bambang Brodjonegoro mengatakan belum banyak pengusaha yang menyadari bahwa SNI sangat bermanfaat.
"Sekarang sejujurnya saya masih melihat begitu ngomong SNI langsung orang teringat prosedur, biaya, segala sesuatu yang sifatnya menyusahkan. Jadi intinya SNI itu belum dilihat sangat bermanfaat atau sangat menguntungkan. Jadi cuma nambah-nambahin aturan, prosedur, supaya segala sesuatunya lebih sulit," kata Bambang dalam webinar Bulan Mutu Nasional 2020 yang disiarkan melalui YouTube BSN_SNI, Rabu (4/11/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Padahal untuk mendapatkan suatu produk ber-SNI sangat penting. Bambang pun membeberkan dampak jika suatu produk tidak ber-SNI, yang akibatnya tidak memberikan kenyamanan dan keamanan bagi konsumen, hingga tidak bisa bersaing di dunia Internasional.
"Kalau memakai contoh sederhana misalnya orang lagi senang-senangnya naik sepeda, gowes, bayangkan sepeda yang dipakai tidak punya SNI, maka nanti bisa-bisa kemudian tidak memiliki standar keamanan. Banyak sekali gangguan kenyamanan kalau tidak punya standar," ucapnya.
Untuk itu, Bambang meminta kepada Badan Standardisasi Nasional (BSN) selaku pemberi SNI untuk lebih mensosialisasikan terkait manfaat produk ber-SNI ke masyarakat.
Baca juga: Haruskah Masker Kain Ikuti SNI? |
"Jadi penekanan bahwa standar untuk nyaman dan aman adalah kata kunci di sini. Di sinilah kemudian orang menganggap SNI tidak hanya akal-akalan BSN, atau akal-akalannya pemerintah, atau akal-akalannya birokrasi, ini adalah dalam rangka kenyamanannya konsumen," tandasnya.
(zlf/zlf)