Amerika Serikat (AS) tetap mengalami krisis pekerjaan siapapun yang terpilih sebagai orang nomor satu di negeri Paman Sam ini.
Krisis pekerjaan di Amerika Serikat belum berakhir. Selama pandemi Corona hampir setengah dari 22 juta pekerjaan hilang. Biro Statistik Tenaga Kerja memperkirakan adanya perlambatan dalam pemulihan pasar tenaga kerja.
Melansir CNN, Kamis (5/11/2020), para ekonom memperkirakan ekonomi AS mampu menambah sekitar 600.000 pekerjaan di Oktober. Angka tersebut masih akan membuat Amerika kehilangan sekitar 10 juta pekerjaan selama pandemi COVID-19.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tingkat pengangguran diperkirakan akan turun menjadi 7,7% dari 7,9% di September. Angka pengangguran tersebut menjadi yang paling tinggi menjelang pemilihan presiden atau pilpres AS.
Dalam laporan ketenagakerjaan ADP, sektor swasta hanya menambah sekitar 365.000 pekerjaan di bulan Oktober. Angka ini di bawah ekspektasi para ekonomi yang memperkirakan sebanyak 650.000 tenaga kerja.
Dengan begitu, pemulihan ekonomi yang berkorelasi terhadap pembukaan lapangan kerja masih jauh dari kata selesai. Dengan begitu, tidak peduli siapa presiden AS berikutnya, pemerintah AS harus bertindak cepat memberikan bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan dan membuat negeri Paman Sam berada di jalur yang tepat untuk pemulihan sektor pekerjaan.
Pada Bulan Juli, Kongres mengakhiri pemberian bantuan mingguan yang sebesar US$ 600 untuk pengangguran. Keputusan itu membuat tingkat kemiskinan bulanan meningkat.
Saat ini, semua kalangan masih menunggu hasil pilpres AS. Untuk sementara perolehan suara untuk Joe Biden masih mengungguli Donald Trump. Joe Biden berhasil mengumpulkan 253 suara, sementara Donald Trump 213 suara.
(hek/zlf)