Harga Emas Bisa Cetak Rekor Lagi, karena Pilpres AS?

Harga Emas Bisa Cetak Rekor Lagi, karena Pilpres AS?

Danang Sugianto - detikFinance
Kamis, 05 Nov 2020 10:30 WIB
Harga emas batangan atau Logam Mulia milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) hari ini dijual Rp 654.000 per gram.
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta -

Harga emas dunia diperkirakan akan kembali ke level tertinggi sepanjang masa US$ 2.000 per ons. Namun yang menjadi katalisnya bukan Pilpres AS 2020.

Melansir Kitco, Kamis (5/11/2020), gonjang-ganjing pemilu AS memang mendorong harga emas dunia. Tapi setelah pemilu selesai, katalis berikutnya yang akan mengembalikan emas menjadi US$ 2.000 per ons adalah kebangkitan kasus virus Corona.

Hal itu disampaikan oleh Digix co-founder and COO, Shaun Djie. Menurutnya pandemi COVID-19 masih menjadi ancaman selama vaksin yang sebenarnya belum ditemukan. Hal itu akan membuat para investor kembali membeli emas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Anda akan melihat banyak pengelola uang kembali ke ruang perdagangan setelah pemilu berakhir. Penggerak besar berikutnya untuk pasar adalah kasus virus Corona dan jadwal vaksin," kata Djie.

Menurutnya kondisi itu akan membuat harga emas terus meningkat kembali menjadi US$ 2.000 per ons. "Kebangkitan kasus COVID-19 di AS dapat menjadi pemicu utama emas mencapai level US$ 2.000, terutama ditambah dengan semua uji coba yang gagal dari berbagai perusahaan obat yang mencoba membuat vaksin," ucapnya.

ADVERTISEMENT

Tidak peduli siapa yang memenangkan pemilu, gelombang COVID-19 kedua akan mendorong emas naik, kata Djie. Potensi kenaikan emas juga terletak pada transisi kekuasaan yang tidak berjalan mulus.

"Jika transisi lancar, investor akan cepat berinvestasi kembali ke AS karena pasar akan mulai memberi harga stimulus lebih cepat daripada nanti, terutama jika Biden menang," katanya.

Tahun depan, pasar akan membidik pada utang AS, kebijakan stimulus, dan pembukaan kembali ekonomi Asia, yang kemungkinan akan terjadi lebih cepat daripada di Amerika Utara atau Eropa.

"Pasar emas akan cenderung naik karena sebagian besar dunia masih akan mengalami masa yang sangat sulit dalam penanganan virus. Kunci tahun depan adalah distribusi vaksin. Jika itu tidak terjadi, ekonomi tidak akan segera dibuka kembali," kata Djie.


Hide Ads