Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat konsumsi rumah tangga pada kuartal III-2020 masih minus 4,04%. Hal ini menunjukkan daya beli masyarakat yang lesu di tengah Indonesia resesi.
"Konsumsi rumah tangga, pada kuartal III-2020 secara year on year memang masih terkontraksi 4,04% tapi tidak sedalam kuartal II minus 5,52%" kata Kepala BPS Suhariyanto, Kamis (5/11/2020).
Suhariyanto menjelaskan ada banyak indikator yang mencerminkan pada pengeluaran rumah tangga. Mulai dari penjualan pakaian hingga bahan bakar yang mengalami penurunan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau kita lihat penjualan eceran terkontraksi, baik untuk penjualan sandang, bahan bakar, suku cadang, aksesoris dan sebagainya," kata dia.
Selain penjualan, indikator lain yang mengalami penurunan adalah jumlah penumpang transportasi umum, baik di darat, laut, maupun udara. Tingkat hunian kamar hotel yang sepi juga menjadi salah satu indikator. "Penjualan whole sale juga terkontraksi, begitu juga pembayaran debit," jelasnya.
Sementara itu, indikator yang masih menunjukkan pertumbuhan adalah perumahan dan perlengkapan rumah tangga yang naik 1,82%. Konsumsi listrik juga mengalami kenaikan.
"Volume penjualan listrik PLN tumbuh 11%, kemudian komponen pengeluaran RT yang masih positif adalah kesehatan dan pendidikan sebesar 2,06%" tuturnya.