Dampak Indonesia Resesi Lumayan Ngeri, Simak Tips Tetap Bertahan Hidup di Sini

Dampak Indonesia Resesi Lumayan Ngeri, Simak Tips Tetap Bertahan Hidup di Sini

Soraya Novika - detikFinance
Jumat, 06 Nov 2020 16:19 WIB
Libur panjang ini membuat lalu lintas di jalan protokol di ibu kota sepi. Seperti terlihat di jalan Sudirman, Jakarta.
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta -

Indonesia resesi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pertumbuhan ekonomi RI kuartal III-2020 lalu tercatat minus 3,49%. Sebelum itu, pada kuartal II-2020, pertumbuhan ekonomi RI sudah minus 5,32%. Dengen pertumbuhan yang minus dua kuartal berturut-turut maka dapat dikatakan RI resmi resesi.

Resesi ekonomi tentu membawa dampak negatif yang tidak bisa dihindari baik bagi ekonomi negara itu sendiri apalagi masyarakat di dalamnya.

Menurut Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet saat suatu negara masuk resesi, kriminalitas bakal semakin meningkat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau seandainya (ancaman resesi) tidak diselesaikan dalam waktu cepat, misalnya masalah kriminalitas yang meningkat itu bukan tidak mungkin juga bisa terjadi dengan adanya resesi," kata dia saat dihubungi detikcom beberapa waktu lalu.

Kriminalitas yang meningkat akibat resesi karena lapangan kerja berkurang. Nah, itu membuat pendapatan masyarakat semakin menurun. Ujungnya mereka akan masuk ke kategori masyarakat miskin.

ADVERTISEMENT

"Jadi dampak buruknya ada potensi penambahan jumlah pengangguran, kemudian meningkatnya angka kemiskinan, dan ada dampak-dampak yang sebenarnya terlihat dampak sosial non ekonomi," sebutnya.

Senada dengan Yusuf, Direktur Eksekutif Institute Development of Economic and Finance (Indef) Tauhid Ahmad berpendapat bahwa resesi ekonomi akan menyebabkan lonjakan masyarakat miskin.

"Yang jelas adalah kemiskinan akan meningkat cukup tajam. Nah ini kan agak berat, kemiskinan ini kan ditandai oleh orang yang pendapatannya turun banyak itu mulai terjadi lebih lama dari biasanya," ujarnya kala itu. Dia menambahkan, akan banyak pengangguran dan pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat resesi.

Jadi kita harus bagaimana kalau Indonesia resesi? Lihat tips di halaman selanjutnya.

Tips Hadapi Resesi

Meski membawa dampak negatif, namun hal itu sebenarnya dapat diminimalkan bila masing-masing masyarakat mempersiapkan diri sebaik mungkin saat Indonesia resesi.

Adapun yang harus dipersiapkan:

Pertama, menurut Perencana Keuangan Zelts Consulting, Ahmad Gozali, hal utama yang perlu disiapkan oleh masyarakat adalah dana cadangan yang mudah dicairkan dalam jumlah yang memadai.

Porsi idealnya, setiap keluarga wajib menyimpan dana cadangan sebanyak 3-12 bulan pengeluaran. Tujuannya untuk jaga-jaga apabila terjadi badai PHK atau pemotongan gaji.

"Dana likuid ini untuk cadangan pengeluaran jika terjadi masalah dengan penghasilan. Saya sarankan agar tiap keluarga punya dana cadangan setara dengan 3 sampai 12 kali pengeluaran bulanan. Sebab, lapangan kerja akan semakin sulit mengingat aktivitas ekonomi menurun," kata Ahmad kepada detikcom beberapa waktu lalu.

Dana cadangan yang dimaksud bisa disimpan dalam bentuk tunai, tabungan, deposito, atau emas. Bila belum memiliki dana cadangan sebesar 12 bulan pengeluaran, maka upayakan terus menyisihkan 10-20% gaji ke dalam dana cadangan tersebut sampai jumlah yang ditakar mencapai targetnya.

"Untuk usaha mungkin perlu pertimbangan ulang jika ada rencana ekspansi. Untuk yang bekerja juga pertimbangkan kembali jika ada rencana pindah kerja. Sesuaikan kembali asumsi dalam bisnis," imbaunya.

Namun masyarakat tetap diperbolehkan berinvestasi di tengah situasi tersebut. Tentu strategi investasi perlu diubah agar kantong tetap kebal selama Indonesia resesi.

Tips selanjutnya ada di halaman berikutnya.

Investasi fixed income atau investasi pendapatan tetap adalah produk investasi yang sudah pasti memberikan pendapatan seperti bunga dan nilai uang yang diinvestasikan tidak akan berkurang. Contoh investasi fixed income adalah deposito, tabungan di bank yang memberi bunga dan pasar uang.

Sedangkan investasi yang likuid adalah investasi yang mudah dikonversikan menjadi uang tunai dalam waktu singkat. Misalnya obligasi dan reksadana dan lain sebagainya Namun sebelum berinvestasi, pastikan dana cadangan sudah aman.

Masyarakat juga perlu mengerem pengeluaran yang dirasa tidak penting dan mengalihkan uang tersebut ke dana cadangan tadi.

"Ditahan dulu deh belanja konsumtifnya, tahan dulu aja, disimpan dulu aja uangnya, tidak lama kok paling tidak untuk 6 bulan ke depan, kalau 6 bulan sudah beres, Januari, Februari sudah aman baru boleh belanja lagi," kata Chairman & President Asosiasi Perencana Keuangan IARFC (International Association of Register Financial Consultant) Indonesia, Aidil Akbar kepada detikcom beberapa waktu lalu.

Beberapa pengeluaran konsumtif yang dimaksud seperti biaya untuk travelling, mudik akhir tahun, ganti HP, borong sepeda lipat, dan belanja tidak penting lainnya.

(ang/ang)

Hide Ads