Jakarta -
Media sosial sempat dibuat heboh oleh kampanye solidaritas Burger King yang mengajak masyarakat membeli makanan cepat saji kompetitornya seperti McDonald's, KFC hingga Warteg. Aksi ini kemudian diikuti oleh beberapa perusahaan makanan cepat saji lainnya seperti yang dilakukan jaringan restoran makanan Jepang Gokana di laman Instagramnya. Kafe Betawi dan Wendy's melalui instastories di akun Instragram juga meramaikan hal serupa.
Lalu, apa yang sebenarnya terjadi pada para perusahaan makanan cepat saji belakangan ini?
Seperti diketahui, pandemi COVID-19 yang memaksa orang-orang tetap berada di rumah tentu menjadi tekanan bagi sektor makanan dan minuman alias food and beverages (F&B). Sektor ini bahkan banyak yang merugi karena minimnya permintaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak sedikit restoran tutup sementara bahkan permanen lantaran beban pengeluaran yang tak seimbang dengan omzet. Ini pun bukan isapan jempol belaka.
Bila dikaitkan dengan kinerja emiten-emiten yang berada di industri ini, rata-rata memang mencatatkan kinerja yang mengenaskan.
Misalnya yang terjadi pada PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA) dan PT Jaya Bersama Indonesia Tbk (DUCK). Dikutip dari CNBC Indonesia, Sabtu (7/11/2020) terlihat kinerja ketiga emiten ini ambles pada kuartal II-2020.
Ketiga perseroan belum menyampaikan laporan keuangan kuartal III-2020 mereka. Namun laporan kuartal II sudah menunjukkan betapa terpukulnya perusahaan perusahaan tersebut.
Fast Food Indonesia, yang merupakan pemilik waralaba Kentucky Fried Chicken (KFC), pada kuartal II mengalami kerugian hingga Rp 142 miliar. Padahal pada periode yang sama tahun lalu, perseroan tercatat membukukan keuntungan Rp 157,52 miliar.
Pandemi COVID-19 telah membuat pemerintah mengeluarkan keputusan menutup tempat-tempat umum, termasuk restoran cepat saji. Ini membuat pendapatan FAST anjlok 25,4% menjadi Rp 2,5 triliun dari Rp 3,37 triliun.
Lalu Sari Melati Kencana, pemilik restoran waralaba Pizza Hut di Indonesia. Labanya mengalami penurunan hingga 89,49% menjadi Rp 10,47 miliar saja, tahun lalu pada periode yang sama tercatat labanya sebesar Rp 99,65 miliar. Setali tiga uang, pendapatan Sari Melati Kencana ambles 6,06% menjadi Rp 1,81 triliun dari Rp 1,94 triliun.
Nasib yang sama juga terjadi di pada pemilik restoran The Duck King, Jaya Bersama Indonesia. Laba perusahaan dengan kode saham DUCK ini ambles Rp 71,09% menjadi Rp 26,78 miliar dari Rp 92,64 miliar. Pendapatan perseroan tercatat ambles 62,08% menjadi Rp 152,80 miliar, dari sebelumnya Rp 402,91 miliar.
Ini memberikan gambaran kondisi sektor makanan dan minuman alias F&B memang sedang terpuruk.