Kondisi perusahaan afiliasi Prancis yang semakin tertekan secara tidak langsung nantinya juga akan mempengaruhi tenaga kerja lokal yang bekerja di sama. Bisa-bisa nantinya investor Prancis semakin menunda realisasi investasi di Indonesia.
"Harus dipikirkan juga bagaimana efek ke tenaga kerja lokal yang terimbas turunnya penjualan. Kalau terus berlanjut bisa saja investor Prancis akan menunda realisasi investasi tahun depan," sambungnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk meredam masalah ini, Bhima menyarankan kepada para investor dan perusahaan afiliasi Prancis untuk mendorong Presiden Prancis Emmanuel Macron mendinginkan situasi tersebut.
"Jadi disarankan kepada investor maupun perusahaan yang terafiliasi dari prancis untuk menekan presiden Macron agar segera mendinginkan situasi sehingga boikot tidak berkelanjutan," imbaunya.
Untuk hubungan bilateral lainnya, tambah Bhima, selama tidak ada seruan boikot resmi dari pemerintah Indonesia maka hubungan kedua negara akan baik-baik saja.
"Misalnya pembelian alutsista juga banyak dari Prancis, kemudian pesawat dan komponen pesawat. Yang hubungannya G to G selama tidak terganggu ya proyek jalan terus. Kecuali presiden Jokowi menyerukan boikot juga maka hubungan bilateral bisa krisis," ucapnya.
(dna/dna)