Jakarta -
Konsumsi produk es krim mengalami penurunan yang cukup signifikan selama pandemi virus Corona (COVID-19). Hal itu turut dirasakan oleh PT Unilever Indonesia Tbk selaku pemegang merek es krim Wall's Indonesia.
Hal itu diungkapkan oleh Presiden Direktur Unilever Indonesia Hemant Bakshi yang akan segera memberikan jabatannya kepada Ira Noviarti (sebelumnya menjabat sebagai Beauty and Personal Care Director Unilever Indonesia).
"Kita melihat penurunan pertumbuhan dari bisnis es krim. Dan itu terasa sejak awal PSBB diberlakukan di Indonesia," ungkap Hemant kepada awak media, Rabu (11/11/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski begitu, Hemant enggan merincikan seberapa besar penurunannya. Namun, ia menerangkan penurunan itu terjadi karena sebagian besar konsumsi es krim di Indonesia itu terjadi ketika masyarakat bepergian ke luar.
"Karena jika masyarakat tidak keluar, tentunya mereka tidak mengkonsumsi banyak es krim. Anak-anak biasanya mengkonsumsi es krim ketika mereka pergi ke mall atau theme park, atau bahkan di coffee shop. Tapi ketika masyarakat tidak ke luar rumah, konsumsinya pasti turun," papar Hemant.
Di sisi lain, konsumsi es krim dari rumah belum cukup mendongkrak penjualan es krim Wall's di Indonesia.
"Kebiasaan konsumsi es krim di rumah di Indonesia itu masih sangat kecil. Jadi itulah alasan kenapa penjualan es krim masih sangat rendah," urainya.
Wall's sendiri baru saja meluncurkan kembali ice cream cake Viennetta. Menurutnya, dengan produk itu, dan juga kondisi penanganan wabah COVID-19 yang membaik, penjualan es krim mulai menunjukkan pemulihan.
"Tapi kita melihat pemulihan saat ini. Saya harap Anda tidak berhenti memakan es krim. Kita punya produk-produk terbaik, termasuk Vienetta yang kita luncurkan kembali. Jadi saya harap Anda terus mengkonsumsi es krim yang merupakan salah satu cara terbaik untuk memperoleh momen singkat dari sebuah kenikmatan, dan di masa sulit saya pikir es krim adalah sesuatu yang pasti dikonsumsi," ungkap Hemant.
Selain es krim, Unilever mengalami penurunan penjualan pada produk deodorant, dan juga layanan produk makanan untuk restoran-restoran.
Di sisi lain, Unilever mengalami lonjakan penjualan pada produk-produk kebersihan dan kesehatan.
"Kita lihat produk-produk untuk kebutuhan higienis, rumah ini tumbuh cukup pesat selama pandemi. Satu contoh untuk hand sanitizer di Indonesia, tumbuh 100%. Bukan 10 kali, tapi 100 kali. Brand seperti Wipol, Lifebuoy juga cukup besar demand-nya," ujarnya.
Demi memenuhi kebutuhan konsumen yang berubah selama pandemi, Unilever mengeluarkan 60 produk baru hanya dalam kurun waktu 8 minggu setelah pandemi menyerang Indonesia.
"Kita ada brand namanya Sahaja, kita luncurkan carpet sanitizer untuk sajadah yang bisa kita gunakan untuk mensanitasi sajadah sebelum sholat. Itu yang kita luncurkan 8 minggu setelah pandemi, biasanya kan butuh lebih dari 8 bulan. Nah itulah yang kita lakukan selama pandemi," tutup Hemant.