Jakarta -
Pandemi COVID-19 memporakporandakan ekonomi nyaris semua negara di dunia. Demikian masyarakat di dalamnya juga ikut kena imbas.
Namun, tampaknya hal itu tak berlaku buat miliarder China satu ini. Dia adalah pengusaha properti asal Beijing bernama lengkap Zuo Hui.
Kekayaan Hui sepanjang tahun ini naik 10 kali lipat dari kekayaan tahun lalu, dari level US$ 2,23 miliar menjadi US$ 20,6 miliar atau sekitar Rp 288,4 triliun. Kini Hui merangsek ke posisi ke-15 orang terkaya di China. Naik signifikan dari posisi sebelumnya di urutan 145 orang terkaya di China.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lalu, bagaimana Hui bisa menggandakan kekayaannya hanya dalam waktu setahun saja?
Mengutip Forbes, Sabtu (14/11/2020), Daratan China sampai tahun 2000 lalu belum memiliki miliarder (dari kalangan pengusaha properti) sama sekali. Kemudian, tiba-tiba Hui tergerak untuk menjual properti kepada pembeli individu (perorangan).
Padahal saat itu, PDB per kapita rata-rata masyarakat China adalah sekitar US$ 1.000 ditambah kebijakan pemerintah yang mengizinkan kepemilikan properti pribadi masih terbilang baru. Kebijakan itu baru diluncurkan dua tahun sebelum ide bisnis Hui itu muncul. Ya, Hui bisa dikatakan cukup nekad terjun ke bisnis ini.
"Saat itu, tidak banyak orang yang mau membeli rumah sendiri," kata Hui dikutip dari Forbes, Sabtu (14/11/2020).
Namun, saat ini, China malah menjadi pasar properti residensial terbesar di dunia, berdasarkan nilai transaksi bruto (GTV). Bahkan, selama masa pandemi pun, total penjualan rumah baru dan rumah bekas di China diperkirakan naik 3% menjadi US$ 3,5 triliun dari tahun lalu, menurut konsultan penelitian CIC di Hong Kong.
KE Holdings, perusahaan properti milik Hui, turut diuntungkan lewat tren pertumbuhan pasar properti di China tersebut. KE Holding kini memiliki 42.000 kantor penjualan, dengan lebih dari 450.000 agen penjualan tersebar di seluruh negeri.
Kamus Perumahan yang dimiliki perusahaan Hui juga menjadi yang terbesar di China, dengan lebih dari 220 juta basis data, termasuk peta yang menunjukkan detail lokasi rumah sakit, sekolah, dan pusat perbelanjaan.
KE bekerja sama dengan pengembang untuk meluncurkan dan memasarkan proyek baru mereka. Menawarkan layanan kontrak dan renovasi. Bahkan memiliki teknologi virtual-reality untuk memungkinkan tampilan properti virtual, dengan 420 juta tampilan tahun lalu. Hal itu membuat KE semakin mendominasi pasar properti di China
Platform transaksi dan layanan perumahan KE juga menjadi yang terbesar di China berdasarkan transaksi brutonya. Tahun lalu, transaksi bruto KE mencapai US$ 318 miliar, naik 85% dari 2018.
Selama enam bulan hingga Juni 2020 ini, transaksi bruto KE mencapai US$ 198 miliar atau naik 49% dibanding periode yang sama tahun lalu. Sampai-sampai, beberapa pakar menjuluki KE sebagai Alibaba-nya pasar properti residensial di China.
Pada bulan Agustus 2020, KE melantai di bursa saham dan berhasil mengumpulkan dana segar hingga US$ 2,4 miliar dan terdaftar juga ke Bursa Efek New York. Awalnya, saham KE berada di level US$ 20, namun kemudian nilainya naik hingga 3 kali lipat menjadi US$ 75 per lembar saham.
Hal inilah yang diyakini sebagai keuntungan buat Hui. Kekayaannya naik hampir sepuluh kali lipat dari posisi tahun lalu. Eksekutif KE kedua, CEO Peng Yongdong pun merasakan keuntungan serupa, mendadak jadi miliarder lonjakan harga saham KE tadi.
Penguatan KE kemungkinan juga membawa keuntungan buat investor utama yakni Sequoia China Capital, Softbank, dan Tencent.