Ini Alasan Utang Luar Negeri RI Turun

Ini Alasan Utang Luar Negeri RI Turun

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Senin, 16 Nov 2020 12:14 WIB
Petugas menyusun uang di Cash Center Bank BNI di Jakarta, Jumat (17/6/2016). Bank BUMN tersebut menyiapkan lebih dari 16.200 Anjungan Tunai Mandiri (ATM) untuk melayani kebutuhan uang tunai saat lebaran. BNI memastikan memenuhi seluruh kebutuhan uang tunai yang diperkirakan mencapai lebih dari Rp 62 triliun atau naik 8% dari realisasi tahun sebelumnya. (Foto: Rachman Harryanto/detikcom)
Foto: Rachman Haryanto
Jakarta -

Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada kuartal III 2020 tercatat US$ 408,5 miliar atau sekitar Rp 5.759 triliun dengan kurs Rp 14.200.

Bank Indonesia (BI) menyebut angka ini menurun dibandingkan periode kuartal sebelumnya. Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko mengungkapkan pada akhir kuartal III 2020 ULN pemerintah tercatat US$ 197,4 miliar atau tumbuh 1,6%.

"Menurun dibandingkan dengan pertumbuhan pada kuartal sebelumnya 2,1%. Perlambatan ini sejalan dengan penyesuaian portofolio di pasar SBN Indonesia oleh investor asing akibat masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global," kata dia dalam siaran pers, Senin (16/11/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun demikian, perlambatan ULN tersebut tertahan oleh penerbitan Samurai Bond di pasar keuangan Jepang dan penarikan sebagian komitmen pinjaman dari lembaga multilateral pada triwulan III 2020 yang merupakan bagian dari strategi Pemerintah dalam menjaga portofolio pembiayaan untuk menangani pandemi COVID-19 dan pelaksanaan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

ULN Pemerintah tetap dikelola secara hati-hati, kredibel, dan akuntabel untuk mendukung belanja prioritas yang diantaranya mencakup sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (23,7% dari total ULN Pemerintah), sektor konstruksi (16,6%), sektor jasa pendidikan (16,5%), sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (11,8%), serta sektor jasa keuangan dan asuransi (11,5%).

ADVERTISEMENT

"ULN swasta juga tumbuh lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya," kata Onny.

Pertumbuhan ULN swasta pada akhir kuartal III 2020 tercatat 6% (yoy), menurun dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 8,4% (yoy).

Perkembangan ini didorong oleh melambatnya pertumbuhan ULN perusahaan bukan lembaga keuangan (PBLK) serta berlanjutnya kontraksi ULN lembaga keuangan (LK). Pada akhir triwulan III 2020, pertumbuhan ULN PBLK tercatat 8,1% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 11,6% (yoy).

Sementara itu, ULN LK mencatat kontraksi yang berkurang menjadi sebesar 1,0% (yoy) dari kontraksi pada triwulan sebelumnya yang tercatat 1,8% (yoy).

Berdasarkan sektornya, ULN terbesar dengan pangsa mencapai 77,4% dari total ULN swasta bersumber dari sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara dingin (LGA), sektor pertambangan dan penggalian, serta sektor industri pengolahan.




(kil/zlf)

Hide Ads