Utang Luar Negeri RI Turun, Kini Jumlahnya Rp 5.759 T

Utang Luar Negeri RI Turun, Kini Jumlahnya Rp 5.759 T

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Senin, 16 Nov 2020 10:46 WIB
Petugas menyusun uang di Cash Center Bank BNI di Jakarta, Jumat (17/6/2016). Bank BUMN tersebut menyiapkan lebih dari 16.200 Anjungan Tunai Mandiri (ATM) untuk melayani kebutuhan uang tunai saat lebaran. BNI memastikan memenuhi seluruh kebutuhan uang tunai yang diperkirakan mencapai lebih dari Rp 62 triliun atau naik 8% dari realisasi tahun sebelumnya. (Foto: Rachman Harryanto/detikcom)
Foto: Rachman Haryanto
Jakarta -

Bank Indonesia (BI) mencatat utang luar negeri (ULN) Indonesia periode kuartal III 2020 sebesar US$ 408,5 miliar atau setara dengan Rp 5.759 triliun dengan asumsi kurs Rp 14.200.

Dari keterangan BI disebutkan angka ini terdiri dari ULN sektor publik (Pemerintah dan Bank Sentral) sebesar US$ 200,2 miliar atau sebesar Rp 2.822 triliun dan ULN swasta termasuk BUMN sebesar US$ 208,4 miliar atau sekitar Rp 2.938 triliun.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko mengungkapkan dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ULN Indonesia pada akhir kuartal III 2020 tercatat 3,8%.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini menurun dibandingkan pertumbuhan pada kuartal sebelumnya sebesar 5,1% year on year. Terutama dipengaruhi oleh transaksi pembayaran ULN swasta," kata dia dalam siaran pers, Senin (16/11/2020).

BI menyebutkan rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir kuartal III 2020 sebesar 38,1%, sedikit meningkat dibandingkan dengan rasio pada bulan sebelumnya sebesar 37,4%.

ADVERTISEMENT

Sementara itu, struktur ULN Indonesia yang tetap sehat tercermin dari besarnya pangsa ULN berjangka panjang yang mencapai 89,1% dari total ULN.

Dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan Pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam memantau perkembangan ULN, didukung dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya.

"Peran ULN juga akan terus dioptimalkan dalam menopang pembiayaan pembangunan dan mendorong pemulihan ekonomi nasional, dengan meminimalisasi risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian," ujar dia.

(kil/zlf)

Hide Ads