Google dan beberapa perusahaan investasi seperti Temasek dikabarkan resmi memiliki saham di Tokopedia. Hal itu menyusul lesunya pertumbuhan ekonomi di Eropa dan Amerika Serikat (AS).
Seperti dilansir dari Nikkei Asian Review, Senin (16/11/2020), disebutkan Google sekarang menguasai saham Tokopedia sekitar 1,6%, sedangkan Temasek melalui Anderson Investments memiliki saham 3,3% di perusahaan e-Commerce yang dinakhodai William Tanuwijaya ini.
Perkiraan kepemilikan saham Google dan Temasek ini berdasarkan dokumen yang diajukan ke Kementerian Hukum dan HAM tertanggal 4 November 2020. Adapun, nilai saham yang dipegang raksasa internet di Tokopedia senilai US$ 1,1 juta atau setara Rp 15,5 miliar (kurs Rp 14.102). Sementara Anderson Investment senilai Rp 33,4 miliar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai catatan, Nikkei menuliskan angka tersebut belum tentu mencerminkan modal sebenarnya yang dibayarkan oleh kedua belah pihak, sebab investasi bisa masih terus bergulir dalam beberapa tahap. Google dan Temasek dapat meningkatkan kepemilikan saham mereka di Tokopedia di kemudian hari.
Sejauh ini, Softbank Group menjadi pemegang saham mayoritas Tokopedia sebesar 33,9%. Kepemilikan saham Softbank itu melalui berbagai entitas, termasuk Vision Fund. Setelah itu, Alibaba Group jadi pemegang saham kedua dengan kepemilikan 28,3%.
Google bukan pertama kali investasi ke startup unicorn. Pada 2018, perusahaan yang bermarkas di Mountain View, AS, itu sudah menyuntik dana segar ke Gojek. Google tercatat sebagai pemegang saham terbesar kedua di perusahaan itu dengan 6,9%, sedangkan yang pertama diduduki Gamvest, sebuah entitas yang dimiliki investor Singapura GIC.
Investasi Google dan Temasek ke Tokopedia ini setelah Microsoft berinvestasi ke Bukalapak yang tak lain adalah pesaing dari Tokopedia. Aksi korporasi dari perusahaan AS ini memperlihatkan minat menyuntikkan modal ke startup unicorn Indonesia.
Nikkei menyebutkan perusahaan teknologi asal negeri Paman Sam tersebut melihat ada peluang investasi di Asia, karena pertumbuhan ekonomi di Eropa dan AS melambat. Sebelumnya, mereka sudah menggelontorkan miliaran dolar ke India dan sekarang melakukan hal yang sama ke Indonesia, pasar terbesar ketiga di Asia dalam hal populasi.