Terkuak! Biang Kerok Harga Obat Mahal

Terkuak! Biang Kerok Harga Obat Mahal

Trio Hamdani - detikFinance
Kamis, 19 Nov 2020 08:43 WIB
A woman opens her mouth for lots of colorful pills on a spoon.
Foto: iStock
Jakarta -

Biang kerok mahalnya harga obat diungkap oleh Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir. Dia menjelaskan kondisi itu disebabkan produsen obat mengandalkan pinjaman dari pihak ketiga, sehingga menimbulkan tambahan biaya untuk membuat obat.

Dia tak menyebutkan apakah tambahan biaya tersebut bersumber dari bunga pinjaman dari pihak ketiga atau apa. Yang jelas, adanya tambahan biaya itu dibebankan ke harga pokok produksi (HPP).

"Kita kalau hanya mengandalkan kepada pendanaan pihak ketiga tentunya ada cost of money yang harus kita bebankan kepada harga pokok produksi, sehingga membuat harga jual obat juga menjadi lebih mahal, padahal ini sifatnya adalah penugasan," kata dia dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI, Rabu (18/11/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia pun menyarankan agar pemerintah menetapkan skema pembiayaan untuk pelaksanaan, penugasan ataupun penunjukan langsung yang tidak memberatkan. Artinya, kalau seandainya ada penugasan dari pemerintah untuk produk ataupun alat-alat tertentu maka perlu diberi bantuan pendanaan di awal.

"Memang harus dipikirkan ada semacam pemberian bantuan pendanaan di awal," sebutnya.

ADVERTISEMENT

Selain itu, dia membeberkan masalah impor alkes. Penjelasannya di halaman selanjutnya.

Honesti Basyir meminta pemerintah membatasi impor alat kesehatan (alkes) untuk penanganan COVID-19. Alkes yang perlu dibatasi adalah yang sudah bisa diproduksi di dalam negeri.

"Usulan kami selama kebutuhan dalam negeri itu masih mampu dipenuhi oleh produksi dalam negeri tentunya impor ini harus dibatasi," kata dia.

Bos holding BUMN sektor farmasi itu menilai dibutuhkan kepastian dan kesiapan kebijakan pemerintah dalam memprioritaskan penggunaan obat dan bahan baku produksi dalam negeri.

Saat ini memang sudah ada peraturan dalam memanfaatkan tingkat komponen dalam negeri (TKDN). Tapi, menurutnya industri farmasi membutuhkan jaminan yang lebih tegas dari pemerintah, yakni selama suatu produk bisa disuplai dari produksi dalam negeri maka perlu ada pembatasan impor. Tujuannya untuk menjamin profitabilitas ataupun kelangsungan dari produk dalam negeri tersebut.

Dia pun mencontohkan alkes untuk penanganan virus Corona. Menurutnya sudah banyak inovasi anak negeri. Sayangnya mereka kalah bersaing dengan produk impor.

"Banyak inovasi-inovasi anak negeri yang sudah dikeluarkan untuk membikin alkes-alkes untuk penanganan COVID-19, tapi kita masih kalah bersaing dengan impor karena memang keran impor itu masih dibuka oleh pemerintah," tambahnya.


Hide Ads