Erick Thohir Bentuk Holding Pangan, BUMN Gula Induknya

Erick Thohir Bentuk Holding Pangan, BUMN Gula Induknya

Vadhia Lidyana - detikFinance
Jumat, 20 Nov 2020 07:45 WIB
Poster
Foto: Edi Wahyono
Jakarta -

Holding BUMN Pangan resmi dibentuk. Holding itu terdiri dari 9 perusahaan antara lain PT RNI, Berdikari, Perikanan Indonesia (Perindo), Perikanan Nusantara (Perinus), Pertani, Sang Hyang Seri, PT Bhanda Ghara Reksa (BGR Logistics), Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI), dan PT Garam.

Induk dari holding tersebut ialah BUMN produsen gula, RT RNI. Holding BUMN Pangan ini akan fokus pada produksi 10 komoditas pangan.

"Komoditas yang kita fokuskan beras, jagung, gula, ayam, sapi, kambing, ikan, cabai, bawang merah, dan garam yang kita coba memfokuskan dikelola oleh BUMN pangan," ujar Menteri BUMN Erick Thohir dalam webinar Jakarta Food Security Summit 2020, Kamis (19/11/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nantinya, masing-masing BUMN akan memiliki fokus yang berbed-beda.Misalnya untuk produksi beras, jagung, cabai merah, dan bawang merah ada di Sang Hyang Seri dan Pertani. Kemudian, produksi ayam dan sapi di PT Berdikari, produksi ikan di Perindo dan Perinus. Lalu, produksi gula di RNI, dan produksi Garam di PT Garam.

Selain itu, untuk storage dan distribusi nantinya akan difokuskan di BGR Logistics, untuk perdagangan atau trading oleh PPI. Sementara, untuk penjualan atau retail sales nantinya akan bekerja sama dengan peritel dan start up pangan yang sudah ada, antara lain Grab, Sayurbox, TaniHub, dan sebagainya.

ADVERTISEMENT

"Nah karena itu kita coba petakan input, production, offtake, primary processing, storage, trading, distribution, retail sales ini kita sinambungkan," kata Erick.

Namun, menurut Erick pembagian ini nantinya bisa difokuskan lagi. Misalnya di perikanan yang ada Perindo dan Perinus, bisa saja digabungkan lagi.

"Untuk perikanan, Perinus dan Perindo ini kita sedang pelajari. Ngapain kita ada dua perusahaan ikan, ya lebih baik satu saja. Tetapi ini pun kalau bisa kita fokus, nggak usah juga compete dengan nelayan, punya kapal juga apa semua nggak usah lah. Kita fokus di storage, kita fokus market-nya," paparnya.

lanjut ke halaman berikutnya

Erick menegaskan, kehadiran BUMN Pangan ini tak akan menyaingi pemain swasta. Menurutnya, BUMN Pangan ini justru menyediakan peluang untuk bekerja sama dengan swasta.

"Cluster pangan ini yang tadinya banyak perusahaan, sekarang dikonsolidasi menjadi satu perusahaan, tetapi fokus kepada core bisnisnya. Jadi tidak overlapping satu dengan yang lainnya, bahkan saling membunuh antara BUMN, dan juga akhirnya karena saling bunuh, juga bisa membunuh swasta atau partnernya karena merasa tadi menara gading tadi," jelasnya.

Salah satu peluang yang disediakan pemerintah ialah skema kerjasama melalui Public Private Partnership (PPP) atau Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).

Ia mencontohkan, misalnya BUMN pangan akan mengakuisisi perusahaan di luar negeri dengan bekerja sama dengan swasta. Nantinya, ketika hendak mengirim produk dari perusahaan yang diakuisisi itu, tentunya swasta akan lebih dipermudah karena bekerja sama dengan BUMN.

"Kita sangat terbuka kalau memang kita perlu akuisisi perusahaan daging di luar negeri bersama swasta. Kita menjadikan Indonesia Incorporation. Kita tidak perlu mayoritas, mungkin 40%, 60% 2-3 pemain swasta. Kita akuisisi perusahaan di Brasil atau Argentina we are more than welcome. Toh kalau berpartner dengan BUMN masuk barangnya lebih gampang, nah ini kan ada win-win," ujar Erick.

Namun, ia berpesan bagi swasta yang mau menjalin kerja sama dengan BUMN agar tak mengakali kerja sama itu dengan cara apa pun. Ia juga berpesan pada BUMN yang bekerja dengan perusahaan swasta, agar tak bersikap bagaikan raja.

"Dari statement awal saya tidak mau ada birokrasi yang menghambat di Kementerian BUMN, saya tidak mau ada raja-raja kecil di BUMN, kita harus GCG, transparan. Tapi saya juga mau cari partner di swasta jangan yang ngakalin BUMN. Jadi win-win," tegas Erick.

Harapan lainnya, kerjasama BUMN dengan swasta ini bisa meningkatkan produktivitas dalam negeri, dan mengurangi ketergantungan impor bahan baku.

"Tetapi bagaimana tadi market yang impor daging 1,5 juta ton, kalau bisa kita ikutan. Dalam arti jangan terus diimpor, toh market kita besar," pungkasnya.


Hide Ads