Pesawat Boeing 737 Max-8 pernah jatuh di Ethiopia selang lima bulan usai pesawat bertipe sama jatuh di Indonesia. Kini pesawat itu telah diizinkan kembali untuk beroperasi. Namun, keluarga korban di Ethiopia mengatakan masih ada pertanyaan yang belum terjawab atas kecelakaan tragis itu.
Dikutip dari BBC, Jumat (20/11/2020) salah satu keluarga korban pesawat Ethiopian Airlines telah kehilangan anaknya bernama Sam Pergram yang saat itu berusia 25 tahun. Keluarga korban hingga kini masih diselimuti rasa emosi jika harus melihat 737 Max terbang lagi.
Setelah tujuh bulan kepergian Sam, keluarga mengaku masih merasa kehilangan dan patah hati atas kecelakaan itu. Keluarga bercerita bagaimana pada 10 Maret 2019 selepas pesawat lepas landas, pesawat 737 Max itu jatuh dan tidak ada yang selamat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penyelidik pun membutuhkan waktu enam bulan karena harus mencocokkan sampel DNA yang diambil dari keluarga dan barang-barang milik Sam.
Setelah enam bulan akhirnya keluarga Sam dan keluarga korban lainnya bisa melihat bagaimana kondisi kerabatnya yang menjadi korban kecelakaan. Saat itu seorang pejabat maskapai penerbangan membawa satu mawar kuning milik keluarga dan seikat bunga lainnya ke pesawat. Saat itu sebagai saksi bahwa hidup Sam telah berakhir bersama 156 penumpang lainnya.
Keluarga bertanya-tanya mengapa Pesawat Boeing 737 Max masih diterbangkan padahal lima bulan sebelumnya telah terjadi kecelakaan di Indonesia yang keadaanya pun sangat mirip.
"Kami ingin seseorang dari Boeing menatap mata kami dan menjelaskan mengapa putra kami tidak ada di sini. Ini semua tentang uang. Mereka memainkan rolet Rusia (bertaruh) dengan nyawa orang," ungkap keluarga Sam.
Baca juga: Garuda Mau Terbangkan Lagi Boeing 737 Max? |
Boeing 737 Max dikandangkan di seluruh dunia selama 20 bulan. Kini, regulator di AS akhirnya memberikan izin terbang lagi. Mereka bersikeras itu telah aman. Meski demikian, keluarga merasa putus asa karena diizinkan kembali mengudara.
Regulator AS mengungkap sejak 737 Max berhentikan, desain dan konstruksinya telah diteliti secara mendetail oleh penyelidik dan regulator dari beberapa negara berbeda.
Untuk terbang kembali, setiap pesawat harus menjalani modifikasi yang signifikan, meskipun perubahan tidak akan terlihat dari luar dan penumpang tidak akan melihat adanya perbedaan.
(zlf/zlf)