Hal serupa disampaikan oleh Pengurus Divisi Akses Informasi Southeast Asia Freeedom of Expression Network (SAFEnet) Nabillah Saputri.
"Tergantung sih, apalagi itu dilakukan secara grassroots, dan juga memang kita harus melihat dari data masing-masing processornya itu sendiri sih," kata Nabillah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk diketahui, data pribadi biasanya kerap diperjualbelikan kepada pihak swasta, pemerintah bahkan ke pasar gelap online (Dark Web). Merujuk penelitian Privacy Affair bertajuk Dark Web Price Index 2020, data pribadi dijual dengan harga yang beragam.
Kebanyakan data pribadi yang diperjualbelikan di Dark Web berupa detail kartu kredit, kredensial perbankan online, kredensial login sosial media, malware, hingga layanan DDoS attack. Ada juga yang menjual dokumen palsu seperti paspor, SIM, hingga kartu asuransi otomatis.
Berikut rincian harga data pribadi yang dikumpulkan oleh Privacy Affair, dikutip dari situs resminya:
1. Data Kartu Kredit
Untuk kategori data satu ini dibanderol dengan harga US$ 10 sampai US$ 65 atau setara Rp 140.000 - Rp 910.000. Untuk data akun Walmart lengkap dengan data kartu kredit penggunanya dihargai US$ 10, lalu untuk data kartu kredit dengan limit hingga US$ 1.000 dihargai US$ 12. Data kartu Mastercard dengan PIN nya dikenai harga US$ 15. Kartu kredit dengan limit hingga US$ 5000 harganya US$ 20. Sedangkan yang termahal berupa informasi kredensial login internet banking dengan minimum saldo US$ 2.000 di dalamnya, dikenakan harga $ 65.