Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Steven Mnuchin mencabut program pinjaman darurat kepada bank sentral, Federal Reserve atau The Fed.
Melansir CNN, Jumat (20/11/2020), dalam sebuah surat yang dikirim Kamis kepada Gubernur The Fed Jerome Powell, Mnuchin meminta bank sentral untuk mengembalikan sekitar US$ 455 miliar dana yang tidak terpakai untuk program yang akan berakhir 31 Desember. Dana tersebut setara Rp 6.460 triliun mengacu kurs hari ini, Rp 14.198,10/US$.
Keputusan tersebut akan memaksa beberapa program untuk dihentikan, yakni program yang dimaksudkan untuk membantu bisnis yang sedang berjuang karena pandemi mendatangkan malapetaka pada ekonomi AS. Dia bilang, Kongres dapat menggunakan uang itu untuk tujuan lain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bank sentral langsung mengkritik keputusan tersebut. Powell mengatakan bahwa terlalu dini untuk menghentikan program pinjaman.
"Saat waktu yang tepat tiba, dan menurut saya belum waktunya atau sangat cepat, alat-alat itu akan kita singkirkan," katanya dalam sebuah acara.
Langkah itu juga membuat pemerintahan Trump berselisih dengan Corporate America. Kamar Dagang AS mengecam keputusan itu di saat mereka sangat membutuhkannya.
Itu juga meresahkan investor. Banyak di antaranya berharap pemerintah akan memberikan lebih banyak stimulus untuk membantu melindungi pemulihan ekonomi yang rapuh karena jumlah kasus virus Corona melonjak.
Dalam sebuah pernyataan, Wakil Presiden Eksekutif Kamar Dagang AS dan Kepala Pejabat Kebijakan Neil Bradley mengatakan bahwa bisnis membutuhkan dukungan penuh pemerintah dengan menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk pemulihan ekonomi.
Namun, langkah Menkeu Mnuchin mendapat dukungan di antara sekutu politik. Senator Republik Mike Crapo, ketua Komite Senat AS untuk Perbankan memuji keputusan tersebut.
"(Mengembalikan uang yang tidak terpakai) memungkinkan dana tersebut untuk digunakan kembali untuk keperluan lain, seperti mengurangi utang nasional kita, atau memberikan bantuan tambahan yang ditargetkan untuk sektor ekonomi yang paling membutuhkan," kata Crapo dalam sebuah pernyataan.
Jaret Seiberg, seorang analis di Cowen, mengatakan keputusan Mnuchin tampaknya berbau politis.
"Ini tampaknya menjadi langkah politik oleh Tim Trump untuk membatasi apa yang dapat dilakukan oleh Presiden terpilih Joe Biden tahun depan untuk meningkatkan ekonomi, terutama jika Kongres gagal memberikan stimulus besar," tulisnya dalam catatan penelitian.