Wanita terkaya di Brasil Luiza Trajano mengeluarkan kebijakan baru di perusahaannya untuk mengurangi rasisme. Melalui ritel yang dipimpinnya Magazine Luíza atau biasa disebut Magalu, dia akan banyak menerima orang kulit hitam atau orang Brasil di posisi teratas perusahaan.
Dikutip dari CNN, Senin (23/11/2020) hal itu lakukan untuk membantu warga Brasil khususnya untuk naik jabatan. Magalu sendiri adalah sebuah ritel yang memiliki seribu toko di Brasil dan telah mempekerjakan 40 ribu karyawan. Perusahaan itu juga dipimpin anak Luiza, Frederico Trajano.
Perlu diketahui sebagai pembisnis ritel, Luiza berhasil memiliki kekayaan US$ 5,4 million atau setara Rp 76 triliun (kurs Rp 14.180) menurut Forbes. Berdasarkan Forbes Brasil Luiza menjadi satu-satunya wanita yang masuk 10 orang terkaya di Brasil dan menduduki urutan ke 8.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengumuman dari Magalu dengan cepat bergema di seluruh media Brasil. Langkah itu pun disebut langkah berani dan terlihat tidak ada keraguan. Namun, ada seruan di media sosial yang akan memboikot perusahaan.
Kebijakan yang dilakukan Trajano juga disebut kan menuai kontroversi. Seperti yang dialami perusahaan di Amerika Serikat (AS), Goldman Sachs yang pernah mengumumkan hanya akan menerima lulusan dari perguruan tinggi kulit hitam dan coklat. Tentu saja, langkah itu bertentangan dengan undang-undang Judul VII Undang-Undang Hak Sipil 1964, yang membentuk EEOC (Equal Employment Opportunity Commission) untuk memutuskan perekrutan, pemecatan, dan pemecatan berdasarkan ras.
Meskipun awalnya UU itu disahkan untuk menghalangi diskriminasi di tempat kerja, UU perekrutan dan perekrutan berbasis ras pada akhirnya dikooptasi oleh kaum konservatif dan digunakan untuk menggagalkan dalam meminimalisir diskriminasi ras.
Laki-laki kulit putih masih menempati posisi mayoritas eksekutif di AS. Di antara para CEO perusahaan Fortune 500, hanya 1% yang berkulit hitam. Bahkan satu tingkat di bawahnya, studi Stanford Graduate School of Business baru-baru ini yang meneliti susunan perusahaan-perusahaan yang masuk dalam daftar Fortune 100 menemukan bahwa hanya 3% orang Afrika-Amerika yang memegang peran tingkat senior.
Terlepas dari kontroversi seputar keputusan tersebut, Magalu tidak goyah. Menurut Frederico, mengurangi rasisme dan mendorong keragaman di posisi teratas perusahaan adalah hal strategis perusahaan jangka panjang pemegang saham.
"Kami ingin melihat lebih banyak orang Brazil berkulit hitam dalam posisi kepemimpinan di Magalu keragaman ini akan membuat kami menjadi perusahaan yang lebih baik, yang mampu memberikan pengembalian yang lebih baik kepada pemegang saham kami," tulis Frederico pada sebuah artikel.
Selain itu, upaya dari Magalu akan menciptakan keragaman yang lebih baik di posisi kepemimpinan perusahaan. Bahkan akan menginspirasi para pemimpin perusahaan lainnya. Menurut Frederico dengan kebijakan itu akan mengubah demografi mayoritas di Brasil.
Jika Magalu konsisten pada kebijakannya, itu bisa menjadi sinyal penting di Brasil dan dapat mendorong perusahaan Brasil lainnya untuk mempertimbangkan kebijakan serupa.
"Saat ini komposisi rasial Brasil lebih dari 50% Hitam dan Coklat pada dasarnya terlihat seperti apa yang diproyeksikan AS pada tahun 2050," kata Frederico Trajano.
Meski terkenal dengan kontroversi rasisme, AS kini memiliki pemimpin kulit hitam. Hasil pilpres AS 2020 kemarin berhasil terpilih Joe Biden sebagai Presiden AS selanjutnya dan Wakil Presiden AS yang otomatis terpilih yakni Kamala Harris seorang wanita kulit hitam dan berhasil menduduki posisi teratas pemerintahan AS.
(zlf/zlf)