Program Prakerja Banyak Dikritik, Pemerintah: Peserta Puas!

Program Prakerja Banyak Dikritik, Pemerintah: Peserta Puas!

Soraya Novika - detikFinance
Senin, 23 Nov 2020 15:40 WIB
Program Prakerja Tak Efektif di Tengah Pandemi
Foto: detik
Jakarta -

Sejak diluncurkan awal April 2020 lalu, pelatihan online Program Kartu Prakerja kerap mendapat kritikan dari banyak kalangan. Tak sedikit yang meragukan kualitas pelatihan yang ditawarkan program tersebut. Beberapa menilai pelatihan program semi bansos ini bisa didapatkan secara gratis melalui internet salah satunya dari YouTube.

Sekretaris Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso langsung mematahkan anggapan itu. Menurut hasil survei dari program itu, rata-rata peserta menyatakan kepuasannya setelah mengikuti pelatihan. Hal itu, kata Susiwijono, bisa menjadi bukti untuk menepis anggapan pesimis tadi terhadap program ini.

"Saat ini rating pelatihan di kartu Prakerja adalah 4,9 dari skala 5 ini bagus sekali sehingga dapat dikatakan peserta puas dengan pelatihan yang diambilnya, ini konsisten dengan hasil survei internal, di mana 84% mengatakan pelatihan peningkatan kompetensi, baik skilling, reskilling, maupun upskilling, hasil survei ini mengindikasikan manfaat program yang nyata dan sekaligus menepis anggapan bahwa pelatihan online tidak berkualitas," kata Susiwijono dalam acara Webinar Survei BPS Bicara Tentang Kartu Prakerja, Senin (23/11/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, ia percaya masyarakat cukup antusias menyambut program ini. Terbukti ada sebanyak 43 juta orang tercatat mendaftarkan dirinya secara mandiri untuk mengikuti program ini. Walaupun yang diterima hanya 5,9 juta orang saja.

"Syukur alhamdulillah setelah 7 bulan pelaksanaannya, pendaftar kartu pra kerja sudah mencapai 43 juta orang hampir 100% mendaftar melalui jalur pendaftaran mandiri di situs prakerja.co.id. Jumlah pendaftaran yang sangat tinggi ini menunjukkan antusiasme masyarakat yang tinggi dan program kartu Prakerja mudah sekali diakses oleh masyarakat, serta sistem manajemen pelaksana yang sudah dipersiapkan dengan baik," ungkapnya.

ADVERTISEMENT

"Dari 43 juta pendaftar ini yang telah lolos verifikasi mulai dari email, nomor telefon, NIK, dan KK itu adalah sebanyak 19 juta orang. Berarti hanya 1 dari 4 orang yang mendaftar mendapatkan kartu Prakerja, karena dari 19 hanya mendapatkan 5,9 juta tadi, sehingga yang belum mendapatkan program ini masih sangat banyak sekali," tambahnya.

Lebih lanjut, Susiwijono memaparkan perkembangan terkini program tersebut. Dari total 5,9 juta penerima program bantuan tersebut, sebanyak 5,4 juta orang di antaranya telah membeli pelatihan yang disediakan. Namun, baru 5,1 juta peserta yang telah menyelesaikan pelatihannya.

Untuk itu, Susiwijono mengimbau peserta yang belum menyelesaikan pelatihan tersebut agar segera menyelesaikannya. Supaya bantuan yang diharapkan bisa segera dicairkan.

Setelah itu, Susiwijono merinci bahwa dari 5,9 juta penerima, 87% di antaranya berpendidikan SMA ke atas, 77% berusia antara 18-35%, 81% belum pernah mengikuti pelatihan atau kursus sebelumnya, dan 88% mengatakan tidak bekerja menurut persepsinya.

Sementara itu, provinsi penerima terbanyak program kartu prakerja adalah berasa dari Jawa Barat, Jawa Timur kemudian disusul DKI Jakarta dan Jawa Tengah sedangkan yang paling sedikit adalah provinsi Papua Barat, Maluku Utara dan Kalimantan Utara.

Dari total 1.663 pelatihan yang paling diminati adalah penjualan dan pemasaran, gaya hidup, manajemen, makanan dan minuman, bahasa asing, keuangan, sosial dan perilaku. Lalu, terkait dengan insentif sebanyak 79% dari penerima memilih e-wallet sebagai rekening untuk menerima insentif.

"Hal ini menunjukkan bahwa program ini mendorong percepatan inklusi keuangan dengan banyaknya penerima yang sebelumnya tidak memiliki rekening bank atau e-wallet sama sekali kini dengan bergabung kartu prakerja mereka memiliki rekening bank dan e-wallet," timpalnya.


Hide Ads