Dihantam Corona, Industri Penerbangan Diprediksi Rugi Rp 2.213 T

Dihantam Corona, Industri Penerbangan Diprediksi Rugi Rp 2.213 T

Hendra Kusuma - detikFinance
Selasa, 24 Nov 2020 23:05 WIB
Maskapai asal Hong Kong Cathay Pacific Airways Ltd akan pangkas 6.000 pekerja. Perusahaan juga akan tutup anak usahanya Cathay Dragon imbas pandemi Corona.
Ilustrasi/Foto: AP Photo/Kin Cheung
Jakarta -

Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA/International Air Transport Association) memprediksi industri penerbangan akan mengalami kerugian besar hingga US$ 157 miliar atau sekitar Rp 2.213 triliun pada tahun ini dan tahun 2021 imbas pandemi COVID-19

Hal itu menyusul adanya pembatasan sosial atau lockdown akibat gelombang kedua atau second wave kasus COVID-19 di Eropa dan Amerika Serikat (AS).

Mengutip Reuters, perkiraan kerugian industri penerbangan yang mencapai US$ 157 miliar ini pun lebih besar dari yang sebelumnya sebesar US$ 100 miliar dalam periode 2020 dan 2021. Kerugian sebesar US$ 118,5 miliar terjadi di 2020, dan sebesar US$ 38,7 miliar pada tahun 2021.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Prospek suram ini menunjukkan tantangan yang dihadapi industri penerbangan masih tinggi meski sudah ada kabar baik dari pengembangan vaksin COVID-19.

"Dampak positifnya terhadap ekonomi dan lalu lintas udara tidak akan terjadi secara besar-besaran sebelum pertengahan tahun 2021," kata Direktur Jenderal IATA, Alexandre de Juniac seperti yang dikutip dari Reuters, Selasa (24/11/2020).

ADVERTISEMENT

IATA memperkirakan terjadi penurunan jumlah penumpan menjadi 1,8 miliar orang di tahun 2020 dari posisi di tahun sebelumnya yang mencapai 4,5 miliar orang. IATA memperkirakan pemulihan jumlah penumpang tidak terjadi signifikan di tahun depan, jumlah penumpang akan berada di kisaran 2,8 miliar orang pada 2021.

Dengan begitu, pendapatan industri penerbangan pada tahun 2020 diperkirakan turun 69% menjadi US$ 191 miliar.

"Sejauh ini, itu adalah kejutan terbesar yang dialami industri ini setelah perang dunia," kata Kepala ekonom IATA, Brian Pearce.

(hek/hns)

Hide Ads