Ngeri, Ada Tambahan 778 Ribu Pengangguran Baru di AS

Ngeri, Ada Tambahan 778 Ribu Pengangguran Baru di AS

Danang Sugianto - detikFinance
Kamis, 26 Nov 2020 21:45 WIB
Staff waits in front of empty lanes of a Covid-19 drive thru testing facility at Twickenham stadium in London, Thursday, Sept. 17, 2020. Britain has imposed tougher restrictions on people and businesses in parts of northeastern England on Thursday as the nation attempts to stem the spread of COVID-19, although some testing facilities remain under-utilised. (AP Photo/Frank Augstein)
Foto: AP/Frank Augstein
Jakarta -

Pemulihan di pasar tenaga kerja Amerika Serikat (AS) masih sangat lambat. Buktinya ada 778.000 warga AS melakukan pendaftaran baru untuk tunjangan pengangguran.

Melansir CNN, Kamis (26/11/2020), angka itu jauh lebih tinggi dari perkiraan para ekonom tentang pengangguran baru yang mencapai 735.000 orang. Bahkan revisi prediksi para ekonom juga masih lebih rendah yakni 748.000 orang

Ini adalah pertama kalinya klaim pengangguran naik selama dua minggu berturut-turut sejak akhir Juli. Dan angka 778.000 itu merupakan level tertinggi dalam lima minggu terakhir.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Angka tunjangan pengangguran terbaru dirilis oleh Departemen Tenaga Kerja AS pada hari Rabu kemarin, sehari lebih awal dari biasanya karena adanya hari libur Thanksgiving.

Laporan itu juga menunjukkan bahwa klaim pengangguran, yang mencakup orang-orang yang telah mengajukan tunjangan setidaknya selama dua minggu berturut-turut, adalah 6,1 juta pada basis yang disesuaikan secara musiman. Angka itu turun dari minggu sebelumnya.

ADVERTISEMENT

Lalu 4,5 juta lebih orang telah menerima tunjangan Kompensasi Pengangguran Darurat Pandemi / Pandemic Emergency Unemployment Compensation (PEUC) dari pemerintah pada 7 November. Ada jeda dua minggu dengan data PEUC.

Secara keseluruhan, lebih dari 20,4 juta orang Amerika masih menerima semacam tunjangan pengangguran pada 7 November. Angka itu meningkat lebih dari 135.000 orang dari seminggu yang lalu.

Data pekerjaan yang suram ini adalah tanda lain dari putusnya hubungan antara pasar saham dan ekonomi yang lebih luas. Data itu pun mempengaruhi pasar modal AS.

Ada harapan yang berkembang bahwa Presiden terpilih Joe Biden akan fokus untuk membuat kesepakatan stimulus baru dengan Kongres setelah pelantikannya pada bulan Januari mendatang. Selain itu ada janji bahwa vaksin COVID-19 dapat tersedia secara luas pada tahun 2021. Tapi itu tidak berpengaruh apa-apa bagi orang-orang yang tidak bekerja saat ini di AS.

(das/dna)

Hide Ads