Pemerintah Malaysia akan menuntut pabrik sarung tangan Top Glove Corp karena dinilai memperlakukan pekerja dengan buruk. Selain itu pabrik ini juga tidak memperhatikan protokol kesehatan, sehingga para pekerja terpapar virus Corona.
Mengutip Reuters Departemen Tenaga Kerja direktorat Sumber Daya Manusia (SDM) telah melakukan penyelidikan terkait ruangan pekerja di pabrik tersebut. Pabrik sarung tangan ini diminta untuk meningkatkan standar ruangan untuk pekerja hingga 31 Desember tahun ini.
Direktur Jenderal Departemen Tenaga Kerja Semenanjung Malaysia Asri Ab Rahman mengungkapkan jika pemerintah telah menemukan jika akomodasi yang diberikan pabrik ke pegawai sangat sempit, berventilasi buruk hingga tak ada area istirahat dan dapur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kementerian khawatir dengan para pekerja. Hal ini ditakutkan menjadi sumber penyebaran penyakit," ujar dia dikutip dari Reuters, Selasa (1/12/2020).
Pada Oktober lalu pesanan sarung tangan karet dari Amerika Serikat (AS) di Malaysia memang meningkat. Jam kerja juga meningkat.
Pemerintah Malaysia menutup sejumlah pabrik Top Glove pada pekan lalu. Hal ini untuk menekan penyebaran Corona di lingkungan pabrik.
Pada Senin 3.406 pekerja Top Glove dinyatakan positif COVID-19 setelah tes massal dilakukan.