Pusat perbelanjaan alias mal legendaris di Jakarta, Golden Truly tutup per 1 Desember. Golden Truly resmi menutup pusat belanjanya yang terakhir dan berlokasi di Gunung Sahari, Jakarta Pusat.
Seiring dengan penutupan itu, Golden Truly menyatakan akan tetap menjual produk-produknya lewat beberapa chanel e-commerce. Lalu apakah langkah tersebut sudah tepat?
Menurut Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja langkah Golden Truly tidak salah dilakukan. Namun, menurutnya Golden Truly akan sulit untuk bertahan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pasalnya, dia menilai sebagai pusat belanja bisnis dasar sebuah pusat belanja adalah menawarkan produk secara langsung alias offline.
"Itu boleh saja, cuma itu tidak akan jadi utama. Nanti akan kalah sama aplikasi, marketplace, atau kalau dia di marketplace ya sama penjual lainnya. Jadi kalau pusat belanja akan bersaing dengan sulit, yang satu DNA-nya online dan satu lagi offline, kan berbeda," ujar Alphonzus kepada detikcom, Rabu (2/12/2020).
Dibanding masuk ke online, menurutnya pusat belanja harusnya memperkuat kondisi mal secara offline, sehingga bisa jadi alternatif bagi masyarakat. "Harusnya memperkuat diri offline-nya, jadi satu alternatif selain online," katanya.
Dia mengatakan apabila Golden Truly akan fokus melakukan jualan online, maka kemungkinan bentuk usahanya sudah berubah. Bukan lagi pusat belanja, namun menjadi peritel. Menurutnya, usaha pusat belanja fokus ke pelayanan, sedangkan yang melakukan penjualan produk adalah peritel.
"Mungkin mereka merasa bahwa jualan di online tidak ada masalah, kalau merasa begitu ya kembali lagi, ini di sini mungkin Golden Truly sebagai retailer ya, itu silakan aja itu pilihan. Saya juga tidak bisa sebut cocok atau tidak, masing-masing bisa punya strategi," ujar Alphonzus.