Golden Truly Buka Lapak Online Usai Tutup Mal, Langkah Tepat?

Golden Truly Buka Lapak Online Usai Tutup Mal, Langkah Tepat?

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Rabu, 02 Des 2020 15:43 WIB
Mal Golden Truly Tutup
Foto: Trio Hamdani
Jakarta -

Pusat perbelanjaan alias mal legendaris di Jakarta, Golden Truly tutup per 1 Desember. Golden Truly resmi menutup pusat belanjanya yang terakhir dan berlokasi di Gunung Sahari, Jakarta Pusat.

Seiring dengan penutupan itu, Golden Truly menyatakan akan tetap menjual produk-produknya lewat beberapa chanel e-commerce. Lalu apakah langkah tersebut sudah tepat?

Menurut Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja langkah Golden Truly tidak salah dilakukan. Namun, menurutnya Golden Truly akan sulit untuk bertahan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pasalnya, dia menilai sebagai pusat belanja bisnis dasar sebuah pusat belanja adalah menawarkan produk secara langsung alias offline.

"Itu boleh saja, cuma itu tidak akan jadi utama. Nanti akan kalah sama aplikasi, marketplace, atau kalau dia di marketplace ya sama penjual lainnya. Jadi kalau pusat belanja akan bersaing dengan sulit, yang satu DNA-nya online dan satu lagi offline, kan berbeda," ujar Alphonzus kepada detikcom, Rabu (2/12/2020).

ADVERTISEMENT

Dibanding masuk ke online, menurutnya pusat belanja harusnya memperkuat kondisi mal secara offline, sehingga bisa jadi alternatif bagi masyarakat. "Harusnya memperkuat diri offline-nya, jadi satu alternatif selain online," katanya.

Dia mengatakan apabila Golden Truly akan fokus melakukan jualan online, maka kemungkinan bentuk usahanya sudah berubah. Bukan lagi pusat belanja, namun menjadi peritel. Menurutnya, usaha pusat belanja fokus ke pelayanan, sedangkan yang melakukan penjualan produk adalah peritel.

"Mungkin mereka merasa bahwa jualan di online tidak ada masalah, kalau merasa begitu ya kembali lagi, ini di sini mungkin Golden Truly sebagai retailer ya, itu silakan aja itu pilihan. Saya juga tidak bisa sebut cocok atau tidak, masing-masing bisa punya strategi," ujar Alphonzus.

Di sisi lain, Alphonzus mengatakan tak semua barang pun bisa laku dijual secara online. Dia mengatakan selama pandemi pun tak semua kategori barang bisa laku dijual online.

"Memang gencar sekali online saat ini, tapi tidak semua kategori produk mengalami lonjakan di online. Setahu saya yang meningkat pesat cuma kebutuhan pokok saja, nggak semua," ujar Alphonzus.

Sementara itu, menurut ketua umum Asosiasi E-Commerce Indonesia atau disingkat idEA Bima Laga, pandemi membuat orang mulai meninggalkan mal karena kekhawatiran akan virus. Bisa saja membuat mal menjadi sepi.

Menurutnya mungkin saja itu menjadi alasan Golden Truly untuk tutup dan beralih ke online. Namun, dia tak mau bicara apakah ini keputusan tepat atau tidak. Semuanya kembali kepada keputusan perusahaan melihat situasi dan kondisi usahanya masing-masing.

"Memang pandemi kan terbatas orang mau ke mal kan, kan ngga menutup kemungkinan jadi sepi. Makanya kemungkinan keputusan itu diambi. Cuma saya tegaskan pilihan itu adalah keputusan bisnis dari manajemen itu sendiri," kata Bima.

"Saya nggak berani berspekulasi ya itu tepat atau tidak, kembali ke manajemen masing masing," ujarnya.

Di sisi lain, jualan online lewat e-commerce pun tak semua barang mengalami kenaikan signifikan. Tapi, Bima mengatakan di masa pandemi ada beberapa yang naik penjualannya, mulai dari barang-barang groceries alias kebutuhan pokok, ataupun alat kesehatan.

"Tidak semua yang dijual di e-commerce juga meningkat. Sejauh ini kebutuhan groceries ya, mungkin juga sama alat kesehatan. Kalau fesyen gitu tidak terlalu," kata Bima.


Hide Ads