Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Joe Biden tidak mau terburu-buru membatalkan perjanjian perdagangan fase satu dengan China. Dia tidak mau langsung mengambil langkah untuk menghapus tarif impor China yang diberlakukan oleh presiden sebelumnya Donald Trump.
"Saya tidak akan melakukan tindakan langsung dan hal yang sama berlaku untuk tarif. Saya tidak akan berprasangka dalam menentukan pilihan saya, "kata Biden dilansir dari Reuters yang mengutip New York Times, Rabu (2/12/2020).
Biden mengatakan akan mengejar kebijakan yang menargetkan praktik penyalahgunaan oleh China, seperti pencurian kekayaan intelektual, pembuangan produk, subsidi ilegal ke perusahaan, serta memaksa transfer teknologi dari perusahaan AS ke perusahaan China.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun dia juga menekankan perlunya pengembangan konsensus bipartisan di dalam negeri untuk investasi yang dipimpin pemerintah dalam penelitian dan pengembangan, infrastruktur, serta pendidikan untuk lebih bersaing dengan China.
"Saya ingin memastikan kita akan berjuang mati-matian dengan berinvestasi di Amerika dulu," ucap Biden.
Baca juga: Joe Biden dan Kembalinya Hegemoni AS |
Di bawah perjanjian fase satu yang ditandatangani tahun ini, China setuju untuk meningkatkan pembelian produk dan layanan AS setidaknya US$ 200 miliar atau setara Rp 2.820 triliun (kurs Rp 14.100/US$) selama 2020 dan 2021.
Kesepakatan itu juga memberlakukan tarif 25% pada berbagai barang industri dan komponen China senilai US$ 250 miliar yang digunakan oleh produsen AS dan pungutan pembalasan China atas lebih dari US$ 100 miliar barang AS.
(ara/ara)