Wow! Belanja Wisatawan Muslim Diproyeksi Tembus Rp 3.800 T di 2024

Wow! Belanja Wisatawan Muslim Diproyeksi Tembus Rp 3.800 T di 2024

Vadhia Lidyana - detikFinance
Kamis, 03 Des 2020 12:30 WIB
Ilustrasi wanita muslim di kereta.
Ilustrasi/Foto: (dok Wego)
Jakarta -

Pertumbuhan wisatawan muslim begitu pesat di berbagai negara. Pemain di segmen wisata halal kini punya peluang besar untuk menjadi pemimpin pasar. Menurut platform agen travel online Wego mencatat, belanja wisatawan muslim di dunia diproyeksi tembus US$ 274 miliar atau sekitar Rp 3.880 triliun (kurs Rp 14.162) di tahun 2024.

"Wisatawan muslim merupakan salah satu segmen yang berkembang pesat di industri pariwisata. Dan yang paling banyak adalah muslim dari generasi milenial, baik dari kawasan Timur Tengah maupun Asia Tenggara," kata Vice President APAC, Wego Pte Ltd Nina Kubik-Cheng dalam virtual event Reimagine: Halal in Asia 2020 yang bertema Asia's Golden Age: 2021 and Beyond for Halal Ecosystem, Kamis (3/12/2020).

Nina mengatakan, kaum muslim dari generasi milenial dan Z kini banyak yang sudah memiliki pendapatan yang siap untuk dibelanjakan (disposable income). Untuk membelanjakan uang tersebut, mereka memilih berwisata.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kaum muslim dari generasi milenial dan Z akan mendominasi wisatawan muslim, dan mereka sangat berdampak pada pariwisata dunia," ungkap Nina.

Ia memahami, saat ini industri pariwisata memang tengah mengalami tekanan besar dari pandemi virus Corona (COVID-19). Namun, menurut survei yang dilakukan Wego pada pengguna platform-nya di Malaysia dan Indonesia yang mayoritas muslim, sebenarnya mereka sudah menantikan aktivitas berwisata kembali.

ADVERTISEMENT

"Kami percaya ada keinginan besar untuk berwisata lagi, dan itu akan memulihkan permintaan dalam industri pariwisata. Dan pada akhirnya gelombang wisatawan akan kembali pada saat larangan bepergian sudah dicabut di mancanegara, dan ancaman keselamatan dan kesehatan bisa diatasi," ujarnya.

Berdasarkan hasil survei, Wego mencatat 64,74% dari koresponden Indonesia sudah berencana untuk berwisata lintas negara jika larangan sudah dicabut. Sedangkan, hanya 6,32% yang sudah bertekad untuk tetap berwisata di 2020 dalam kondisi apapun. Sisanya, hanya 8,95% dari koresponden Indonesia yang berencana wisata lintas negara pada semester I-2021, dan sebanyak 20% dari koresponden Indonesia yang berencana untuk wisata lintas negara di semester II-2021.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Sementara itu, bagi koresponden Malaysia hanya 33,33% yang ingin berwisata lintas negara secepat mungkin jika larangan dicabut. Kemudian, hanya 7,94% yang tetap ingin berwisata di 2020 dalam kondisi apapun. Lalu 15,87% responden Malaysia yang berencana wisata lintas negara pada semester I-2021, dan paling banyak yakni 42,86% responden yang memilih di semester II-2021.

"Mayoritas responden punya rencana untuk melakukan dua perjalanan, di antara sekarang atau di akhir tahun 2022. Sementara itu, responden dari Malaysia berencana berwisata lintas negara di semester II-2020. Sedangkan, responden Indonesia sudah bersiap-siap untuk berwisata lintas negara jika larangan sudah dicabut," ujar Nina.

Ia mengatakan, di periode new normal tujuan wisata internasional yang paling diinginkan adalah di kawasan timur laut Asia, Eropa, dan Asia Tenggara.

Dari sisi pemilihan akomodasi, para wisatawan muslim kini mengutamakan protokol kesehatan, memiliki review dari wisatawan lainnya, dekat dengan transportasi umum, free WiFi, dan sebagainya.

Perubahan signifikan ada di pemilihan tujuan wisata. Berdasarkan hasil survei, para wisatawan muslim tak lagi mengutamakan tujuan yang muslim travel friendly. Akan tetapi, mereka mengutamakan kebersihan, keamanan, dan setimpal dengan yang yang dikeluarkan. Begitu juga kondisi destinasi wisata yang jauh dari keramaian.

"Lalu, ketersediaan air yang bersih dan cukup di kamar mandi dan toilet, serta cuaca. Poin penting lainnya yang berubah ialah tujuan wisata negara-negara berpenduduk mayoritas muslim tak selalu menjadi pilihan pertama. sebanyak 2/3 dari responden mementingkan destinasi yang tak ada keramaian di saat new normal. Dan lebih dari 50% responden memilih wisata di alam," imbuh dia.

Terakhir, menurutnya hal terpenting yang harus dilakukan oleh para pengusaha di industri pariwisata ialah menyediakan jasa pembatalan gratis atau tanpa dipungut biaya. Menurutnya, hal itulah yang paling dicari di tengah pandemi. Pasalnya, para wisatawan akan ditemukan pada kondisi yang tidak pasti.


Hide Ads