.webp)
Harga ayam hidup/livebird yang masih tertekan membuat para peternak ayam mengalami kerugian akibat harga ayam hidup di bawah harga pokok produksi (HPP). Penyebabnya, karena harga sarana produksi ternak (sapronak) yang meliputi DOC atau anak ayam dan pakan ternak yang lebih tinggi daripada harga panen ayam.
Forum Peternak Ayam Milenial Jawa Barat menilai saat ini harga sapronak seoerti DOC telah menyentuh angka Rp 7.000-7.500 per ekor dan harga pakan terus naik Rp 250 per kilogram (kg). Mereka meminta pemerintah untuk segera menerbikan Perpres Perlindungan Perternak Ayam Mandiri.
"Turunkan Harga DOC FS dan tetapkan di angka 20% dari harga jual live bird," kata Koordinator Lapangan Forum Peternak Ayam Milenial Jawa Barat, Nurul Ikhwan, dalam keterangannya, Jumat (4/12/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, Ikhwan juga mengatakan, pihaknya meminta pemerintah dalam menjamin supply DOC FS ke Peternak Rakyat Mandiri sesuai Permentan No.32/2017. Serta meminta pabrikan pakan ternak untuk tidak menaikkan harga pakan dan jaminan harga jual live bird di atas HPP Perternak Mandiri sesuai Permendag No.07 Tahun 2020.
"Dilakukan penyerapan ayam hidup oleh BUMN atau BUMD masing-masing daerah di saat harga Farm Gate di bawah HPP Perternak Mandiri sesuai Permendag No. 7 Tahun 2020 Pasal 3 ayat (1)," jelasnya.
Ia menambahkan, peternak berharap perusahaan integrasi dan afiliasinya dilarang menjual ayam hidup ke pasar becek, dan hasil budidayanya 100% untuk masuk Rumah Potong Hewan Unggas (RHPU).
"Memberikan sanksi kepada perusahaan integrasi/importir GPS, maupun perusahaan pakan ternak yang tidak mematuhi tuntutan tersebut. Sanksi dapat berupa pemberhentian izin impor GPS, pencabutan izin impor bahan baku pakan, dan sampai penutupan izin perusahaan," tuturnya.
