Kepercayaan investor terhadap pasar obligasi terbesar di dunia, yaitu China tengah diuji. Lantaran, ada beberapa perusahaan milik pemerintahan China (BUMN China) yang belakangan ini justru mengajukan status gagal bayar utang.
Padahal, berdasarkan data yang dikumpulkan Bloomberg, awal tahun 2020 lalu, kasus gagal bayar utang China sempat mengalami penurunan sebanyak 20% atau menjadi 85,1 miliar Yuan setara US$ 13 miliar. Lantaran ditopang kebijakan pemerintah menanggulangi dampak pandemi COVID-19. Setidaknya, saat itu selusin korporasi berhasil lolos dari jeratan gagal bayar utang.
Akan tetapi, kasus gagal bayar utang di China kembali meningkat di paruh kedua tahun ini. Padahal, kasus gagal bayar di pasar obligasi China dianggap sebagai kejadian langka. Lantaran, obligasi di China kebanyakan dikeluarkan oleh para BUMN China tersebut, yang biasanya kerap menerima dana talangan dari pemerintah. Sehingga, dianggap para investor sangat minim risiko.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nyatanya, kali ini kasus gagal bayar di pasar obligasi China justru berasal dari BUMN China, sedangkan kasus gagal bayar dari korporasi swasta justru mulai mereda akhir tahun ini.
Siapa saja BUMN China yang gagal bayar utang tersebut?
Lanjut ke halaman berikutnya>>>