BUMN China Hadapi Gagal Bayar Obligasi

BUMN China Hadapi Gagal Bayar Obligasi

Soraya Novika - detikFinance
Sabtu, 05 Des 2020 23:00 WIB
Menteri BUMN Rini Soemarno mengecek lokasi proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung di Halim, Jakarta Timur. Proyek ini terus berjalan setelah pinjaman dari China cair.
Foto: Achmad Dwi Afriyadi
Jakarta -

Kepercayaan investor terhadap pasar obligasi terbesar di dunia, yaitu China tengah diuji. Lantaran, ada beberapa perusahaan milik pemerintahan China (BUMN China) yang belakangan ini justru mengajukan status gagal bayar utang.

Padahal, berdasarkan data yang dikumpulkan Bloomberg, awal tahun 2020 lalu, kasus gagal bayar utang China sempat mengalami penurunan sebanyak 20% atau menjadi 85,1 miliar Yuan setara US$ 13 miliar. Lantaran ditopang kebijakan pemerintah menanggulangi dampak pandemi COVID-19. Setidaknya, saat itu selusin korporasi berhasil lolos dari jeratan gagal bayar utang.

Akan tetapi, kasus gagal bayar utang di China kembali meningkat di paruh kedua tahun ini. Padahal, kasus gagal bayar di pasar obligasi China dianggap sebagai kejadian langka. Lantaran, obligasi di China kebanyakan dikeluarkan oleh para BUMN China tersebut, yang biasanya kerap menerima dana talangan dari pemerintah. Sehingga, dianggap para investor sangat minim risiko.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nyatanya, kali ini kasus gagal bayar di pasar obligasi China justru berasal dari BUMN China, sedangkan kasus gagal bayar dari korporasi swasta justru mulai mereda akhir tahun ini.

Siapa saja BUMN China yang gagal bayar utang tersebut?

ADVERTISEMENT

Lanjut ke halaman berikutnya>>>

Pertama, Yongcheng Coal & Electricity Holding Group Co., penambang batu bara milik negara. Coal & Electricity Holding Group Co., baru saja mengajukan status gagal bayarnya pada November lalu.

Kedua, Tsinghua Unigroup Co., pembuat chip terkemuka di China.

Ketiga, Brilliance Auto Group Holdings Co., produsen mobil yang juga merupakan mitra usaha patungan BMW AG.

Sebelumnya, tepatnya tahun lalu, ada juga BUMN lain yang pernah menoreh catatan buruk di pasar obligasi. BUMN yang dimaksud adalah Tewoo Group. Perusahaan ini sampai mengajukan restrukturisasi utang US$ 1,25 miliar. Itu merupakan default (gagal bayar) obligasi dolar terbesar di antara perusahaan-perusahaan milik negara lainnya dalam 20 tahun terakhir.


Hide Ads