Jika Tak Ada Pandemi, Bisakah Golden Truly Tetap Bertahan?

Jika Tak Ada Pandemi, Bisakah Golden Truly Tetap Bertahan?

Danang Sugianto - detikFinance
Minggu, 06 Des 2020 19:28 WIB
Mal Golden Truly Tutup
Foto: Trio Hamdani
Jakarta -

Pandemi COVID-19 dianggap menjadi penyebab utama dari tutupnya Golden Truly. Namun jika saja pandemi ini tidak ada apakah mall dan department store yang sudah eksis sejak tahun 1980-an itu bisa bertahan?

Executive Director Retailer Services Nielsen Indonesia Yongky Susilo menilai sangat bisa. Sebab Golden Truly masih memiliki pelanggan setianya yang merasa memiliki hubungan kenangan. Selain itu Golden Truly juga memiliki pelanggan dari masyarakat di sekitar tokonya.

"Kalau COVID-19 ini nggak ada tentu masih bisa bertahan. Dia itu kan pasarnya sedikit berbeda. Dia itu neightborhood mall. Jadi sebenarnya di Gunung Sahari itu lumayan untuk masyarakat sekitar situ dan masih ada loh orang ke situ untuk makan," terangnya kepada detikcom, Minggu (6/12/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Namanya sekarang memang sudah tidak terlalu wow, tapi cukup dikenal untuk orang di sekitar situ," tuturnya.

Dengan modal itu, menurut Yongki seharusnya Golden Truly masih bisa bertahan. Namun sebagai perusahaan yang sudah beropeasi puluhan tahun, ada kemungkinan sang pemilik sudah ingin 'pensiun'. Apalagi dengan kondisi saat ini.

ADVERTISEMENT

Golden Truly sendiri bisa dibilang merupakan salah satu pionir swalayan di Indonesia. Perusahaan itu sudah mendirikan swalayan jauh sebelum toko-toko swalayan yang ada saat ini.

Namun menurut Yongki si 'Pionir' ini kurang dalam hal ekspansi. Perusahaan pun akhirnya beralih bisnis menjadi fashion department store dan mall.

Sebagai pionir, Golden Truly sebenarnya masih bisa bertahan. Sebab masih ada pelanggan setianya yang merasa memiliki hubungan kenangan. Selain itu Golden Truly juga memiliki pelanggan dari masyarakat di sekitar tokonya.

Nah menurut Yongki musabab dari tutupnya Golden Truly tidak lain dan tidak bukan adalah pandemi COVID-19. Nama perusahaan yang kian tenggelam diperparah dengan adanya pembatasan sosial dan kondisi ekonomi yang memburuk.

"Jadi mau nggak mau susah bertahan karena cashflow-nya habis, nggak bisa bertahan lagi dia, dan kedua kalau mau bertahan kan ke depan musti punya planning lagi," terangnya.

(das/dna)

Hide Ads