Pria berusia 30 tahun asal Australia berhasil menjadi miliarder meski di tengah krisis pandemi COVID-19. Nick Molnar mendapatkan pundi-pundi uang dari bisnisnya bernama Afterpay atau sejenis platform paylater yang memiliki jargon beli sekarang, bayar nanti.
Statusnya yang kini sebagai miliarder muda ditopang lewat keuntungan pada bisnisnya. Tahun ini, perusahaan teknologi berusia enam tahun itu menjadi salah satu saham terpanas di Australia, usai melonjak 1.300% ke level tertinggi pada November lalu dan menggandakan pengguna aktif menjadi 11,2 juta.
Molnar sendiri menjabat sebagai co-founder dan co-CEO Afterpay. Platform yang dia pimpin adalah sebuah platform pembayaran paylater yang memungkinkan pengguna mengatur biaya pembelian mereka melebihi cicilan reguler dan tanpa bunga. Dalam membangun bisnis Molnar dibantu rekannya, Anthony Eisen.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip dari CNBC, Selasa (8/12/2020) melonjaknya saham Afterpay menambahkan kepemilikan saham Molnar dan Eisen yang tadinya 20 juta saham masing-masing kini keduanya memiliki sekitar A$ 1,35 miliar saham.
Raksasa teknologi China Tencent dikabarkan telah membeli saham perusahaan lebih dari US$ 200 juta untuk 5% saham Afterpay pada bulan Mei. Morgan Stanley memprediksi Afterpay bisa mencapai sekitar A$ 88 per saham pada akhir tahun ini.
Inspirasi bisnis Afterpay muncul saat Molnar duduk masih menjadi mahasiswa perdagangan di University of Sydney. Dia memperhatikan kebiasaan belanja kaum muda berubah. Menurutnya, anak muda semakin tidak berminat dengan kartu kredit, yang dapat berujung pada membengkaknya utang.
Maka Molnar membuat Afterpay yang memungkinkan pembeli membeli barang hingga A$ 1.500 dan dilunasi hingga empat kali cicilan yang sama. Sementara pengecer yang berpartisipasi hanya membayar komisi kecil sekitar 4%-6% pada setiap penjualan.
Jika pengguna melewatkan pembayaran, mereka diblokir dari layanan sampai biaya penuh pembelian mereka lunas.